Kamis, 09 Mei 2013

Bukan Pesta Politik, tapi Pesta Kreatif (1 of 4)

Saya percaya dengan kalimat yang menyatakan hal besar dapat dicapai karena dimulai dari hal yang kecil. Kebangkitan dalam skala besar harus dimulai dari kebangkitan dalam skala kecil. Ini bukan janji saat pesta politik yang selalu hiperbola. Ini hanya sebuah ajakan untuk memulai pesta kreatif yang hasilnya lebih nyata.
Sebuah peringatan adalah hal sepele jika tidak berhasil dimaknai dengan baik. Tanggal 20 Mei dikenal dengan hari kebangkitan nasional. Jika kita kembali kepada sejarah, kebangkitan nasional merupakan peristiwa bangkitnya semangat persatuan, kesatuan, dan nasionalisme diikuti dengan kesadaran untuk memperjuangkan kemerdekaan Republik Indonesia. Selama masa penjajahan semangat kebangkitan nasional tidak pernah muncul hingga berdirinya Boedi Oetomo tanggal 20 Mei 1908 dan ikrar Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928.
Perjuangan itu telah terjadi puluhan tahun yang lalu. Tugas kita sekarang hanyalah meneruskan. Pasti ada nada pesimis melihat kenyataan yang terjadi saat ini. Namun, kebangkitan pada masa kini bukanlah hal mustahil. Saya memiliki alasan untuk optimis. Alasannya adalah di negara ini sistem politik bagus, demokrasi dijalankan dengan cukup baik, presiden dipilih secara langsung, harusnya menjadi energi positif yang besar bagi  Indonesia. Ini adalah modal besar bagi momentum Kebangkitan Nasional.
Pada zaman ini media massa mempunyai kekuatan besar untuk andil dalam membangun kembali Kebangkitan Nasional. Media massa juga sebagai alat perjuangan pada masa pra kemerdekaan. Bukannya menyudutkan negerinya sendiri dengan menyoroti berita-berita konyol siang dan malam. Banyak hal yang lebih penting daripada Eyang Subur untuk disoroti dengan lebih kritis dan cerdas.
Media harusnya lebih kritis dan kreatif menyajikan informasi. Sama halnya dengan hiburan yang disajikan, hendaknya dikemas dengan lebih cerdas. Hingga akhirnya dapat mengubah pola pikir masyarakat. Ini yang belum banyak dilakukan oleh media massa. Maklum saja, media terkadang lebih mengutamakan rating atau oplah daripada kualitas sajian.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar