Kamu
adalah kekasih, sahabat, sekaligus adik bagiku. Lalu apakah aku salah jika aku
selanjutnya menyukai kamu. Dan seketika setelah rasa ini muncul, aku berpikir
tentang kesempurnaan. Apakah aku memang sempurna untukmu. Atau setidaknya
apakah aku bisa sempurna di matamu? Aku hanya bisa berdebat dalam hati tanpa
berani aku eksekusi.
Lalu
aku berpikir. Humm...setidaknya dapatkah aku menjadi apa yang kamu mau. Pertanyaan
ini langsung menohok hatiku. Aku kembali lesu. Aku kembali pesimis. Aku layaknya
orang bodoh yang selalu ingin lebih tanpa bisa memberi lebih.
Kamu
adalah kekasih, sahabat, sekaligus adik bagiku. Otakku semakin berkecambuk dan
menghakimi benakku sendiri, lalu melempar pertanyaan yang kembali menohok. “Apakah
kau bisa menjadi kekasih, sahabat, sekaligus adik baginya? Sedangkang kau
sendiri tak memiliki keberanian apapun untuk menyampaikan apa yang selalu ingin
hatimu sampaikan?” Aku sesak.
singaraja, 06.18
wita
Tidak ada komentar:
Posting Komentar