Sepanjang pengamatan saya kematian bisa
saja melahirkan duka dan juga suka dalam hati seseorang. Apakah saya terlalu
kurang ajar hingga mengatakan bahwa kematian juga bisa melahirkan kebahagiaan
bagi seseorang? Saya pikir tidak. Ada banyak kejadian yang mendasari pendapat
ini.
Terkadang orang meninggal bisa
menimbulkan kebingungan, melahirkan masalah bagi keluarga yang ditinggalkan, karena
harus pinjam uang untuk biaya upacara. Bagi mereka yang kaya, kematian dan
upacaranya justru bisa menjadi kesempatan untuk pamer. Lain soal jika kematian
terkena kasus adat. Lain lagi masalahnya.
Jika seorang tokoh jahat pada sebuah
film mati, hampir dapat dipastikan sebagian besar penonton menyukainya. Bergembira
menyambutnya. Sebagian kecil penonton yang malah berduka menyambut kematian
tokoh jahat bisa terlihat aneh. Lain halnya jika di dunia nyata. Seseorang jika
malah berbahagia melihat sebuah kematian, bisa-bisa dicap aneh. Bisa diterima
kan, mengapa saya sebelumnya menulis kematian bisa melahirkan kesedihan bahkan
kebahagiaan bagi seseorang?
Jika di desa saya, di sebuah desa kecil di
Bali. Upacara kematian bisa menunjukkan seberapa seseorang yang meninggal
tersebut disenangi oleh orang-orang disekitarnya. Jika yang datang melayat
sedikit, berarti seseorang yang meninggal tersebut tidak disenangi oleh
lingkungannya. Begitupun sebaliknya. Biasanya orang yang disenangi oleh
lingkungannya akan memdapatkan banyak ucapan bela sungkawa oleh teman dan
kerabatnya. Dan saat upacara kematiannya bisa dipastikan banyak pula yang
datang melayat, meneteskan air mata, melahirkan kesedihan.
Hari ini, saya mendapatkan kabar duka. Salah
satu dosen saya meninggal dunia. Kabar duka ini membuat saya seketika gemetar. Saya
masih tidak percaya. Selanjutnya teman-teman mulai terlihat membuat status
berduka cita di BBM, Facebook, dan Twitter. Saya juga mendapat kabar via SMS
dan telepon mengenai kebenaran kabar ini. Saya pun makin gemetar.
Beliau merupakan dosen terbaik, ya
setidaknya saya dan teman-teman sepakat tentang predikat ini. Terbukti,
semenjak beliau sakit beberapa bulan yang lalu, doa semoga cepat sembuh
mengalir dari banyak arah. Begitupun saat beliau sembuh, lalu kemudian sempat
bertugas kembali beberapa hari, keceriaan dan rasa syukur datang dari segala
arah. Lalu hingga kabar meninggalnya beliau terdengar, ucapan bela sungkawa pun
hadir dari semua arah. Ini membuktikan bahwa kepergian beliau sangat tidak
diharapkan. Semua orang mencintai beliau.
(maaf) Saya tidak berani melayat. Saya hanya
memanjatkan doa dalam hati. Sambil menulis doa ini. Saya yakin bapak membacanya. Hanya itu yang bisa saya lakukan, Pak. Saya benar-benar
tidak siap mendapatkan kabar seperti ini secara tiba-tiba. Saya hanya bisa
mencakupkan tangan di dada, dengan hening, tulus, untuk dosen saya ini. Saya yakin,
doa adalah kekuatan dahsyat untuk kedamaian bersama, keeratan kekerabatan dengan
keluarga yang ditinggalkan. Semoga keluarga yang ditinggalkan diberikan ketabahan.
Selamat jalan Pak Arifin