Rabu, 27 November 2013

Doa untuk Pak Arifin



Sepanjang pengamatan saya kematian bisa saja melahirkan duka dan juga suka dalam hati seseorang. Apakah saya terlalu kurang ajar hingga mengatakan bahwa kematian juga bisa melahirkan kebahagiaan bagi seseorang? Saya pikir tidak. Ada banyak kejadian yang mendasari pendapat ini.
Terkadang orang meninggal bisa menimbulkan kebingungan, melahirkan masalah bagi keluarga yang ditinggalkan, karena harus pinjam uang untuk biaya upacara. Bagi mereka yang kaya, kematian dan upacaranya justru bisa menjadi kesempatan untuk pamer. Lain soal jika kematian terkena kasus adat. Lain lagi masalahnya.
Jika seorang tokoh jahat pada sebuah film mati, hampir dapat dipastikan sebagian besar penonton menyukainya. Bergembira menyambutnya. Sebagian kecil penonton yang malah berduka menyambut kematian tokoh jahat bisa terlihat aneh. Lain halnya jika di dunia nyata. Seseorang jika malah berbahagia melihat sebuah kematian, bisa-bisa dicap aneh. Bisa diterima kan, mengapa saya sebelumnya menulis kematian bisa melahirkan kesedihan bahkan kebahagiaan bagi seseorang?
Jika di desa saya, di sebuah desa kecil di Bali. Upacara kematian bisa menunjukkan seberapa seseorang yang meninggal tersebut disenangi oleh orang-orang disekitarnya. Jika yang datang melayat sedikit, berarti seseorang yang meninggal tersebut tidak disenangi oleh lingkungannya. Begitupun sebaliknya. Biasanya orang yang disenangi oleh lingkungannya akan memdapatkan banyak ucapan bela sungkawa oleh teman dan kerabatnya. Dan saat upacara kematiannya bisa dipastikan banyak pula yang datang melayat, meneteskan air mata, melahirkan kesedihan.
Hari ini, saya mendapatkan kabar duka. Salah satu dosen saya meninggal dunia. Kabar duka ini membuat saya seketika gemetar. Saya masih tidak percaya. Selanjutnya teman-teman mulai terlihat membuat status berduka cita di BBM, Facebook, dan Twitter. Saya juga mendapat kabar via SMS dan telepon mengenai kebenaran kabar ini. Saya pun makin gemetar.
Beliau merupakan dosen terbaik, ya setidaknya saya dan teman-teman sepakat tentang predikat ini. Terbukti, semenjak beliau sakit beberapa bulan yang lalu, doa semoga cepat sembuh mengalir dari banyak arah. Begitupun saat beliau sembuh, lalu kemudian sempat bertugas kembali beberapa hari, keceriaan dan rasa syukur datang dari segala arah. Lalu hingga kabar meninggalnya beliau terdengar, ucapan bela sungkawa pun hadir dari semua arah. Ini membuktikan bahwa kepergian beliau sangat tidak diharapkan. Semua orang mencintai beliau.
(maaf) Saya tidak berani melayat. Saya hanya memanjatkan doa dalam hati. Sambil menulis doa ini. Saya yakin bapak membacanya. Hanya itu yang bisa saya lakukan, Pak. Saya benar-benar tidak siap mendapatkan kabar seperti ini secara tiba-tiba. Saya hanya bisa mencakupkan tangan di dada, dengan hening, tulus, untuk dosen saya ini. Saya yakin, doa adalah kekuatan dahsyat untuk kedamaian bersama, keeratan kekerabatan dengan keluarga yang ditinggalkan. Semoga keluarga yang ditinggalkan diberikan ketabahan.
Selamat jalan Pak Arifin

Selasa, 26 November 2013

Mulai Dari Seringai Hingga Dialog Dini Hari



Saat menonton Dialog Dini Hari di Gedung Kesenian Gde Manik (GKGM), Singaraja, teman di sebelah saya nyeletuk, “sudah berapa band ya yang main di sini?” Seketika itupun pikiran saya beralih dari penampilan band Caffeine bluse/folk dari Denpasar ini. Otak saya lalu mengingat-ingat band-band yang setahu saya pernah manggung di sini. Folder-folder dalam memori otak saya terbuka satu per satu. Meskipun tidak mencatat semua band yang pernah tampil di gedung ini, setidaknya sudah tergambar sebuah sejarah tentang musisi-musisi yang pernah hadir di gedung kebanggaan Singaraja ini. Mungkin tak terhitung jumlahnya, mulai dari band kecil sampai band besar sempat menginjakkan kaki di ubin panggung GKGM dan merasakan atmosfernya.
Sebut saja Ice Cream Attack!, Dialog Dini Hari, Scared of Bums hingga Rocket Rokers dan Seringai. Kebetulan band-band yang saya sebutkan tadi sempat saya tonton ketika live di GKGM. Kesan mereka hampir seragam, mereka menyukai panggung GKGM dan audien yang sangat apresiatif.
GKGM sebetulnya bukan satu-satunya venue untuk konser musik di Singaraja. Masih ada GOR Buana Patra, Lapangan Taman Kota, dan Eks Pelabuhan Buleleng. Namun, sepertinya (baru opini pribadi) GKGM paling digemari para penyelenggara even musik di sana. Bisa dikatakan gedung ini adalah saksi berbagai pertunjukan musik di Singaraja, juga sebagai titik penting karir sebuah band/musisi.
Teman saya, memiliki band bernama Two Second Twice, band beraliran romantic hardcore ini tampil pertama di depan publik di GKGM saat even kampus para personilnya, Oktober silam. Band ini bukan band baru jika melihat sejarah berdiri mereka karena band ini didirikan saat para personelnya sama-sama duduk di bangku SMA. Namun, band saat menjajal panggung GKGM adalah saat pertama mereka “serius” main band. Ini hanya satu cerita dari sekian cerita serupa dengan versi yang berbeda yang mungkin terjadi pada band-band lain.
Cerita lain tentang karier band yang juga terjadi di panggung GKGM adalah Kanan Lima. Pertama kali Kanan Lima manggung di Singaraja dengan formasi baru mereka dilakukan gedung ini. Konser farewell Rika Yuniorika vokalisnya Ice Cream Attack! terjadi di GKGM juga. Nosstress dan Dialog Dini Hari manggung pertama kali di Singaraja juga di GKGM. Ini hanya sebagian contoh.
Selanjutnya, gedung megah ini akan direnovasi (sesuai informasi di situs web resmi pemkab Buleleng). Semoga gedung ini tetap ada, tetap dapat dilihat oleh generasi berikutnya, dan mereka tetap bisa menikmati sajian musik (pertunjukkan seni lain) berkualitas di sana. (foto-foto oleh guswib dan esa)
 


Minggu, 29 September 2013

Bernard Batubara Kembali Bercerita



Saya pertama mengenal nama Bernard Batubara melalui film Radio Galau FM. Sebuah film yang diadaptasi novel berjudul sama karangan Bara (nama panggilan bang Bernard Batubara). Film dengan alur sederhana, cerita yang sudah sering kita temukan dalam kehidupan sehari-hari, namun tetap menarik disimak. Nah, poin terakhir inilah yang menurut saya jadi kelebihan bang Bara. Dia bisa menulis cerita sederhana namun tetap memikat. Saya membaca hingga tidak sadar saya sudah menyelesaikannya tanpa sempat berhenti. Senjata lain dari bang Bara yang bisa memikat siapa saja adalah bahasa yang digunakan relatif ringan dengan minim metafora berat namun tetap bisa merasuk hati. Setiap halaman cerita yang bang Bara buat selalu berpotensi menyimpan kejutan.
Bang Bara sangat produktif. Dalam satu tahun ini saja dia sudah melahirkan 3 buah buku. Sampai tulisan ini diposting, sudah ada draf cerita yang siap dicetak. Gila nggak tuh! Kata Hati (novel), Milana (kumcer), dan kemudian Cinta dengan titik (novel) terbit dengan kualitas yang prima. Secara tidak langsung ini menjadi sebuah motivasi buat saya yang masih segini-segini saja. Sudah beberapa tahun, draf-draf tulisan masih saja bersembunyi dalam folder-folder laptop. Mungkin sudah banyak sarang laba-labanya.

Buku terbaru bang Bara (sumber: http://www.bisikanbusuk.com)

Minggu, 01 September 2013

Catatan Tentang Cerpen Siswa


Setelah lama tidak menulis di blog ini, akhirnya saya muncul kembali. Saya absen beberapa waktu karena disibukkan dengan skripsi yang sampai tulisan ini diposting, skripsi itu belum selesai. Penuh tantangan, banyak pelajaran, dan cukup memusingkan. Skripsi saya tentang gaya bahasa pada cerpen siswa. Nah, berbicara tentang cerpen karya siswa, ada beberapa titik kelemahan yang mestinya bisa mulai disoroti untuk pembelajaran cerpen ke depannya. Meskipun saya hanya menggunakan cerpen dari satu kelas, ini cukup untuk menggambarkan kondisi menulis cerpen di kalangan siswa secara umum. Bahkan, dalam lomba-lomba menulis cerpen yang diikuti pelajarpun kadang ditemui kelemahan-kelemahan yang sama.

Sebagian besar naskah yang saya gunakan untuk skripsi mengalami permasalahan kedodoran dalam persoalan bahasa. Rata-rata peserta belum mampu menulis atau mengarang dengan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Mereka lemah dalam hal penggunaan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) dan tata bahasa. Gaya bahasa gaul (prokem) dan kalimat-kalimat bahasa Inggris mendominasi naskah peserta lomba. Ini menunjukkan peserta kurang percaya diri menggunakan bahasa nasionalnya. Atau, jangan-jangan pelajaran bahasa dan sastra Indonesia kurang mendapat perhatian di sekolah-sekolah di Bali.

Unsur-unsur intrinsik cerpen juga kurang tergarap dengan baik, seperti pemilihan tema, setting cerita, plot/alur, penokohan, gaya bahasa, dialog, amanat, sudut pandang pengarang. Sebagian besar peserta mengangkat tema percintaan remaja, dengan bahasa yang sangat “ABG”. Sebenarnya tema percintaan bisa saja diangkat menjadi cerpen yang menarik, tergantung bagaimana cara menuturkan atau mengemasnya sehingga enak dibaca. Tema percintaan akan menjadi basi jika dituturkan dengan cara “begitu-begitu” saja, terlalu konvensional, dan tanpa angle (sudut pandang) yang menarik.

Berkaitan dengan tema yang segaram, kelemahan lain siswa dalam menggarap tema menjadi sebuah cerpen adalah tema yang diangkat terlalu dipaksakan. Hal ini disebabkan karena kurang eksplorasi, riset, atau memahami pokok persoalan yang sedang ditulis menjadi cerpen. Artinya, peserta harus lebih banyak membaca, mengadakan riset, atau studi banding dengan cerpen-cerpen yang mengangkat tema serupa. Semoga dengan beberapa temuan kelemahan ini, pembelajaran cerpen di sekolah atau pun di luar sekolah bisa lebih baik dan tidak tertutup kemungkinan untuk para otodidak juga.

Selasa, 16 Juli 2013

Cinta dan Konsekuensinya

Benar atau salah, setiap tindakan pastilah ada konsekuensinya. Dari hampir semua pengalaman yang saya miliki, terutama tentang (ehem) jatuh cinta, saya pun menjadi semakin mengerti bahwa setiap tindak-tanduk saya memiliki konsekuensinya masing-masing.

Jatuh cinta pada dasarnya adalah sebuah tindakan yang mengantarkan saya pada berbagai konsekuensi. Konsekuensi paling mendasar adalah patahnya hati saya sendiri. Konsekuensi lainnya adalah saya harus memulai suatu hubungan dengan manusia lain, yang pada akhirnya mungkin menjadi pendamping hidup saya–walaupun saya juga belum berpikir sampai sejauh itu. Bila tidak bisa jadi istri, ya paling jadi mantan pacar saja. Sederhana, kan? Ya, sesederhana itu. Tidak, sebenarnya tidak sesederhana itu. Konsekuensi jatuh cinta lebih dari itu.

Jatuh cinta bisa membuat saya belajar banyak hal, terutama tentang memahami orang lain. Saya bisa belajar lebih jauh tentang seseorang yang bahkan belum saya kenal sama sekali. Semuanya benar-benar baru sekaligus menantang. Saya sih, suka tantangan. Meskipun saya sadar tidak semua tantangan bisa saya lewati dengan mudah seperti membalikkan satu telapak tangan. Dan lagi, proses belajar banyak hal dalam jatuh cinta juga tidak selalu berjalan mulus. Selalu akan ada tawa dan air mata dalam perjalanannya.

Berulang kali saya diingatkan tentang si A, B, atau bahkan Z. Saya diingatkan tentang berbagai kemungkinan dan risiko yang akan muncul di hadapan saya. Saya tahu persis, bagaimana semua itu akan kandas dan berakhir begitu saja. Akan tetapi, rasa penasaran selalu berhasil membuat saya membiarkan fenomena jatuh cinta hadir begitu saja. Naksir, ditaksir, sayang, disayang, suka, disuka, cinta, dicinta… Eh, cinta? Saya sendiri pun tidak tahu pasti apa itu cinta. Apapun itu, fenomena jatuh cinta yang hadir selalu membuat saya tergelitik. Ada bunga matahari yang mekar di dada begitu bisa berbagi banyak hal dengan orang itu. Sebaliknya, bunga matahari itu langsung menguncup kembali saat saya dan orang itu tidak bisa berbagi apapun; obrolan, cerita, pengalaman, dsb. Ah, masak saya harus dikelabuhi oleh sesuatu yang tidak pasti? Yang jelas, semua ini menyenangkan. Ya itulah cinta.

Jumat, 12 Juli 2013

Perpisahan Rika

Pagi ini entah kenapa saya ingin memanjakan telinga saya dengan lagu-lagu dari Ice Cream Attack! (http://t.co/DOl1Z4HVSK) sebuah band Dance Rock asal Bali. Walaupun kini mereka memindahkan basecamp mereka ke Depok tetap saja dalam akun twitter dan facebook mereka menuliskan dari Bali. Mereka adalah salah satu band yang menurut saya sangat cepat melesat di 'luar kandang'. Musikalitas dan kualitas yang mereka miliki sangat pantas mendapat ganjaran nasional. Dan lagu-lagu mereka membuat saya rindu.

Dan yang paling membuat saya rindu adalah Rika Yuniorika (@rikayuniorika). Dia adalah sang vocalis unyu yang selalu dinanti oleh setiap Creamers (sebutan untuk penggemar mereka). Ya, Rika juga adalah salah satu sebab saya menyukai band ini. Vocalnya yang lembut tapi bertenaga langsung membuat saya jatuh cinta. Mirib-mirib Sherina tapi lebih khas gadis ABG, unyu dan menggemaskan. Untuk yang belum tahu, bisa mendengarkan lagu-lagu mereka yang semuanya sudah menjadi hits di radio-radio nasional. Cek salah satu video klip mereka di http://www.youtube.com/watch?v=8HMUlF612RE .

ki-ka: @ndramomow , @rikayuniorika , @partanx , @MPVerssa420

Saya sempat menonton beberapa kali aksi panggung band ini secara live di Singaraja, Bali. Penampilan mereka selalu enerjik. Terutama @ndramomow : string + beatronic controler + back. vox. Namun yang paling menarik perhatian saya adalah tentu saja Rika. Dia selalu memukau, dengan hampir selalu ditemani boneka kodok yang dia namai Gigi, Rika menari-nari dengan anggun di setiap panggung Ice Cream Attack! Dan hingga akhirnya, Rika memutuskan untuk mengundurkan diri dari band karena ingin melanjutkan kuliah di Bali. #‎NUSHOCKtour2013‬ adalah penandanya. Tour Jawa Bali itu sudah selesai, itu artinya Rika (vocal) sudah resmi resign dari Ice Cream Attack! seperti ditulis pada akun resmi facebook mereka pada 24 Juni lalu. Kebetulan saya menonton salah satu rangkaian tur mereka ini di Singaraja. Dan saya masih tidak percaya itu adalah panggung terakhir Rika bersama Ice Cream Attack!

Semoga Ice Cream Attack! (ICA) bisa tetap berkarya tanpa Rika. Pergantian vocalis selalu menjadi situasi yang sangat sulit untuk sebuah band. Seakan-akan, tanpa Rika, band ini bukan ICA. Rika adalah ICA, ICA adalah Rika. Apapun semoga ICA tidak mengakhiri perjalanan mereka.

Kamis, 11 Juli 2013

Kontroversi "Anak Gembala dan Induk Serigala"

Cerpen ini kumcer-dedy.blogspot.com/2007_09_01_arc… diperbincangkan karena dimuat di buku pelajaran kelas 6 SD. Beberapa laman berita menyebutnya cerpen porno. Sebenarnya cerpen @dedyriyadi yang berjudul "Anak Gembala dan Induk Serigala" ini jika dibaca utuh terlalu berlebihan kalau disebut cerpen porno.

Menurut Dedyriyadi (yang mengarang cerpen ini), cerpen ini bercerita tantang kasus faktual yaitu tentang anak-anak korban perkosaan dan ibu yg melacur untuk menafkahi anaknya. Namun nyatanya anggapan yang muncul dari cerpen ini adalah “buku pelajaran Bahasa Indonesia untuk kelas 6 SD di Bogor ternyata mengandung materi pornografi!”

Mungkin jika dilihat dari diksi-diksi yang digunakan masih terlalu vulgar jika diberikan untuk anak SD di negeri ini. Iya negeri ini, saya pikir cerpen ini masih layak dijadikan bahan bacaan untuk anak kelas 6 SD karena banyak pesan yang bisa digali di dalamnya. Seperti misalnya agar para anak-anak ini bisa lebih menjaga diri di zaman yang serba edan ini. Tidak serta merta cerpen ini jelek dan tidak pantas dibaca anak kelas 6 SD. Namun perlu kiranya pendamping oleh guru maupun orang tua dalam membaca cerpen ini.

Apalagi jika anak menanyakan diksi-siksi yang ada pada cerpen ini seperti “lenguh”, “warung remang-remang”, “kegadisannya”, “menistakan”, “celah selangkangan” dan yang lainnya. Secara tidak langsung akan ada penanaman karakter serta pendidikan seks jika cerpen ini bisa ditransfer dengan baik terhadap siswa. Celakanya adalah jika cerpen dibaca anak tanpa pendamping, saya pikir ini bukan satu-satunya bacaan yang perlu pendamping bagi anak. Sastra-sastra terjemahan juga memposisikan orang tua dan guru seperti ini, seperti misalnya cerita-cerita Pippi karya Astrid Lindgren.

Jika masalahnya sekarang cerpen yang dianggap mengandung unsur materi pornografi ini sampai hadir dan masuk pelajaran SD, sepertinya pihak yang terkait tidak membaca isi. Penyusunnya tidak membaca juga?