Ketika melihat
fasilitas sekolah yang ada saat ini bisa dikatakan seadanya terutama
sekolah-sekolah di desa, serta kesenjangan kualitas pendidikan antara di kota dengan
di desa. Di sinilah perlunya biaya “mendukung” kecuali jika komite sekolah
mampu mencari dana dari pihak ketiga seperti perusahan-perusahaan. Sebagai
gambaran, sebuah penelitian pada tahun 2007 membandingkan kondisi faktual dan
ideal sekolah berdasarkan standar nasional pendidikan. Hasilnya, kondisi
faktual yang ada baru 35 persen dari standar nasional pendidikan (ideal).
Ketika sekolah gratis “benar-benar” dilaksanakan, pemerintah akan sulit
memperbaiki kondisi standar nasional pendidikan saat ini karena dana yang
terbatas. Anggaran pendidikan pemerintah sebesar Rp 248,978 triliun untuk tahun
ini sesungguhnya jumlah yang cukup kecil.
Gratis adalah
gratis, tanpa embel-embel. Itulah pemahaman orang tua murid mengenai sekolah gratis.
Sementara bagi pemerintah, kata gratis hanya berlaku pada hal-hal tertentu
terkait biaya operasional sekolah. Itulah realitas yang terjadi. Bagi
pemerintah dan sekolah, untuk menuju kualitas diperlukan biaya, yang ternyata
tidak cukup dengan hanya mengandalkan anggaran pendidikan melalui program BOS
(Bantuan Operasional Sekolah) atau yang jamak disebut sekolah gratis. Salah
satu cara, mau tak mau sekolah perlu menarik iuran atau sumbangan dari orangtua
murid. Ternyata, hal itu pun lantas mendapatkan reaksi keras dari masyarakat. Beberapa
kalangan masyarakat bahkan memvonis sekolah gratis ini hanya program setengah
hati dari pemerintah dalam memajukan pendidikan.
Di sisi lain,
sekolah yang benar-benar gratis sangat diharapkan oleh masyarakat kalangan
bawah. Melihat masih banyaknya masyarakat kita yang belum bersentuhan dengan
pendidikan, sekolah gratis akan menjadi sebuah oase di gurun tandus. Awalnya,
ketika iklan pendidikan gratis mulai bergulir di televisi, banyak masyarakat
menggantungkan harapan. Terutama masyarakat yang tidak mampu akan sangat terbantu
dengan adanya BOS ini. Melihat kondisi masyarakat Indonesia yang masih banyak
berada di bawah garis kemiskinan semakin membuat BOS sangat diharapkan
diterapkan secara “penuh”. Hal ini semakin memperkuat permintaan sekolah gratis
dilanjutkan bahkan ditingkatkan lagi anggaran dananya sehingga benar-benar
menjadi sekolah yang benar-benar gratis. Inilah dilema besar sekolah gratis.
Ketika sekolah
gratis dilanjutkan dengan peningkatan anggaran, diharapkan dapat meningkatkan
kualitas pendidikan negeri ini. Lain sisi, anggaran dana untuk pendidikan
setiap tahun dinaikkan hingga menginjak presentase 20% dari APBN. Seperti yang
kita tahu, bahwa bukan hanya pendidikan yang harus dibiayai oleh negara. Tapi
ketika melihat keadaan masyarakat negeri ini yang memiliki presentasi putus
sekolah yang tinggi, sepertinya sekolah yang benar-benar gratis adalah sebuah
harapan.
Sekolah gratis
perlu dilanjutkan ketika melihat kondisi ekonomi masyarakat negeri ini yang
masih terpincang-pincang. Sekolah gratis sangat diharapkan demi kenaikan
kualitas manusia di Indonesia. Seperti yang kita ketahui keadaan pendidikan
negeri ini yang semakin mahal. Tapi, kita juga harus berpikir berapa besar
anggaran belanja negara tiap tahunnya yang harus dibagi-bagi lagi ke segala
aspek menjadi “tanggung jawab” pemerintah.
Ketika kualitas
pendidikan suatu negara maju, maka ekonomi masyarakat pun otomatis ikut
terkerek. Ini jawabannya, tinggal memilih jalan mana yang ditempuh pemerintah.
Sekolah gratis atau sekolah berbayar?
ketika ekonomi masyarakat sudah terkerek, berarti masayarakat sudah kaya. Negara pun sudah kaya. Pastinya mampu menanggung lebih banyak sekolah gratis seperti di negara- negara maju. Sebelum pendidikan gratis, sehat juga perlu gratis. Kita tak bisa belajar bila masih sakit .
BalasHapusini dilema. saya pikir, sekolah gratis hendaknya menjadi fokus. atau setidaknya berikan perhatian lebih terhadap pendidikan. sehingga jangka panjangnya, ekonomi masyarakat menjadi terkerek karena semua orang sudah berpendidikan. jika sudah begitu tak perlu lagi sekolah gratis, sehingga, anggaran dana yg dulunya utk pendidikan bs dialihkan ke sektor lain. itu sederhananya. tapi, terkadang rumit pelaksanaannya
BalasHapus