Minggu, 31 Juli 2011

Mampu Menyatukan Indonesia

PSSI adalah milik pencinta sepak bola seluruh Indonesia, maka hendaknyalah ketua umum PSSI bisa memberikan keadilan terhadap pencinta sepak bola tanah air. Bukannya mementingkan kelompok dan mensejahterakan diri sendiri. Pun kecintaan terhadap sepak bola tanah air yang diumbar ketua umum PSSI tak hanya di bibir saja. Janji yang diberikan saat menjadi calon segera direalisasikan. Jangan sampai janji itu abadi menjadi janji. Masyarakat Indonesia ingin melihat timnas Garuda terbang tinggi lagi. Klub-klub berlabel professional Indonesia dituntut bebas dana APBD. Terpenting, sepak bola Indonesia tak terpecah belah lagi. Ketua umum PSSI yang baru hendaknya memperhatikan beberapa hal di atas. Ini PR untuk Anda sekaligus harapan sepak bola merah putih. Harapan Indonesia, adalah harapan dari Sabang sampai Merauke. Bukan hanya untuk kepentingan Senayan. Berjiwa besar dan bisa menerima “kekalahan” serta bersedia mundur jika gagal adalah harapan lain dari saya kepada ketua PSSI yang akan datang. Jangan ngotot jika salah! Saya tak magsud menyindir siapa pun, tapi hendaknya kita bisa belajar dari pengalaman yang terlah terjadi. Seperti permainan sepak bola yang menjunjung fair play, pun dengan ketua PSSI yang baru. Sifat fair play semoga tumbuh lagi di PSSI. Saya sangat berharap ketua umum PSSI yang baru bisa mendengar semua suara hati para pencinta bola. Lalu merealisasikan yang terbaik bagi sepak bola Indonesia.

Minggu, 24 Juli 2011

perjalanan jejaring sosial

Situs jejaring sosial pertama, yaitu Sixdegrees.com mulai muncul pada tahun 1997. Situs ini memiliki aplikasi untuk membuat profil, menambah teman, dan mengirim pesan. Tahun 1999 dan 2000, muncul situs sosial lunarstorm, live journal, Cyword yang berfungsi memperluas informasi secara searah. Tahun 2001, muncul Ryze.com yang berperan untuk memperbesar jejaring bisnis.

Tahun 2002, muncul friendster sebagai situs anak muda pertama yang semula disediakan untuk tempat pencarian jodoh. Dalam keanjutannya, friendster ini lebih diminati anak muda untuk saling berkenalan dengan pengguna lain. Tahun 2003, muncul situs sosial interaktif lain menyusul kemunculan friendster, Flick R, You Tube, Myspace. Hingga akhir tahun 2005, friendster dan Myspace merupakan situs jejaring sosial yang paling diminati. Memasuki tahun 2006, penggunaan friendster dan Myspace mulai tergeser dengan adanya facebook.

Facebook dengan tampilan yang lebih modern memungkinkan orang untuk berkenalan dan mengakses informasi seluas-luasnya. Tahun 2009, kemunculan Twitter ternyata menambah jumlah situs sosial bagi anak muda.Twitter menggunakan sistem mengikuti - tidak mengikuti (follow-unfollow), dimana kita dapat melihat status terbaru dari orang yang kita ikuti (follow).

Senin, 11 Juli 2011

19 tahun


Hujan lagi sore itu. Tubuhku menggigil dengan sendirinya, dingin. Tak ada selimut, jaket ataupun sesuatu untuk membungkus tubuhku dari tusukan dingin. Aku sendiri di kamar, tak bisa ke mana-mana. Tatapan mata senduku ku lemparkan keluar jendela. Begitu derasnya hujan ini.
Aku bertahan. Mataku sebenarnya mengantuk, tapi ia menolak untuk terlelap walau sejenak. Tubuhku sebenarnya lemas, tapi ia selalu mencoba bangun, melawan. Tanganku meraba tumpukan buku, majalah dan novel disebelah laptopku. “Boleh juga”, mulutku bersuara setelah beberapa jam terdiam. Kepalaku masih berat sebenarnya. Padahal sudah empat jam ku terbangun dari tidur siangku. Mungkin itu yang membuat kepalaku sakit, aku mulai berhipotesis.
Tanganku mengambil Four Four Two ternyata. Bukan KBBI ataupun Rectoverso yang sebenarnya bersanding dengan Four Four Two ini dimeja belajarku. Mungkin dia tahu aku perlu sedikit penyegaran. Ada dua alternative yang muncul dikepalaku, membaca atau dengerin radio. Pilihanku jatuh pada membaca. Mendengarkan radio salah satu hobiku kini agak mulai ku tinggalkan. Ku mulai  bosan, lagu-lagu yang memenuhi radio tak ada yang enak ditelinga. Semua musisi tak ada yang idealis seperti masa awal kemunculan mereka. Apa karena kekurangan ide, kehilangan inspirasi atau mengikuti tren, kembali aku berhipotesis ria.
Kepalaku masih berat. Masih hujan. Aku masih di kamar. Aku mulai membaca. “Gila”,
Detik jam berjalan lambat.
Hanphone ku masih diam.
Aku terbangun.