Kamis, 03 November 2011

GERAKAN CINTA INDONESIA


Bahasa menunjukkan bangsa. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang kaya. Dr. Mujizah, kepala Bidang Pengkajian Bahasa dan Sastra Pusat Bahasa, Kementerian Pendidikan  Nasional  sempat mengatakan bahwa hingga saat ini sekitar 2.000 kosakata baru telah diserap ke dalam Bahasa Indonesia, baik yang berasal dari bahasa daerah maupun asing. Perkembangan ini diyakini akan selalu terjadi dari waktu ke waktu. Adapun bahasa daerah yang diserap adalah dari seluruh penjuru Tanah Air. Dan, Pusat Bahasa terus mencatat perkembangannya sesuai fungsi lembaga ini, yang antara lain, memberikan dukungan dan semangat kepada masyarakat luas dalam mengapresiasi masalah bahasa dan sastra. Berdasarkan  temuan terbaru itu maka saat ini telah tercatat ada 442 bahasa daerah yang sudah dipetakan. Sedangkan 400 lainnya di Papua, Maluku, Nusa Tenggara Timur belum terpetakan. Sungguh kaya negeri ini sebenarnya. Kita wajib melestarikan kekayaan ini.

ilustrasi :)
Tantangan kehidupan global yang kita hadapi saat ini mengharuskan kita untuk lebih memperkuat jati diri atau identitas dan karakter sebagai statu bangsa. Penguatan jati diri dan karakter bangsa ini menjadi suatu keharusan agar bangsa Indonesia dapat tetap eksis dan mampu menunjukkan jati dirinya sebagai suatu bangsa di tengah-tengah derasnya arus kehidupan dan budaya global itu. Dengan jati diri dan karakter yang kuat, diharapkan bangsa Indonesia tetap mampu bersaing dan sekaligus ikut bermain peran dalam kancah kehidupan global. Bangsa yang berkarakter—dalam hal ini—tidak saja bangsa yang mampu memperlihatkan jati diri dan kepribadian yang kuat, tetapi juga penuh tanggung jawab, jujur, disiplin, berkualitas, dan mempunyai kompetensi yang tinggi.

Terkait dengan hal tersebut, bahasa Indonesia—termasuk sastra di dalamnya—memegang peranan yang amat penting dalam pendidikan karakter bangsa. Hal itu karena dengan mencintai bahasa Indonesia berarti juga mencintai bangsa Indonesia karena bahasa pada hakikatnya juga merupakan simbol identitas bangsa. Karakter yang bertumpu pada kecintaan dan kebanggaan terhadap bahasa dan bangsa seperti itu pada dasarnya juga merupakan refleksi dari kecintaan dan kebanggaan terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan Pancasila, UUD 1945, dan Bhinneka Tunggal Ika sebagai pilarnya. 

Bahasa juga menunjukkan bangsa. Ungkapan itu juga berarti bahwa bahasa menunjukkan jati diri dan karakter bangsa penuturnya. Tutur kata yang lembut dan santun, misalnya, juga dapat dipandang sebagai pencerminan dari karakter pribadi penuturnya yang santun. Untuk itu, pengajaran bahasa juga harus diarahkan pada pendidikan karakter budi pekerti yang luhur, berakhlak mulia, dan sikap yang santun. 

Sebagai sarana komunikasi, bahasa juga mampu membangun keterampilan berkomunikasi, keterampilan menyampaikan pendapat, gagasan, dan pandangan dalam menyikapi suatu persoalan yang dihadapi dalam kehidupan pada era global ini. Keterampilan seperti itu tentu sangat dibutuhkan dalam menghadapi tantangan zaman. 

Selain sebagai sarana komunikasi, bahasa juga merupakan alat berpikir. Oleh karena itu, melalui kemampuan berbahasa, berbagai persoalan yang dihadapi dapat dipahami, disikapi, dan dicerna dengan baik sehingga dapat menambah kematangan berpikir/intelektual seseorang. Dengan demikian, kematangan berpikir dan kemampuan menyikapi setiap masalah dengan kritis merupakan dua hal yang saling melengkapi dalam pembentukan kualitas individu untuk membangun kreativitas dan daya inovasi. Berkenaan dengan itu, kemampuan berkomunikasi yang tinggi dan daya pikir yang kritis dalam menghadapi setiap tantangan pada gilirannya juga dapat melahirkan generasi yang kreatif dan inovatif. 

Bagaimana aplikasinya dalam pendidikan di Indonesia? Adanya peringatan bulan bahasa di sekolah-sekolah ataupun di perguruan tinggi adalah jawabannya. Tidak hanya keberadaannya saja, tapi bagaimana apresiasinya dalam setiap hajatan. Itu yang penting. Pun dengan Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Undiksha yang secara rutin menyelenggarakan Bulan Bahasa tiap tahunnya. Hajatan-hajatan yang lalu mencerminkan seberapa tinggi perhatian dunia pendidikan (baca: Undiksha), terhadap upaya pengelolaan masalah kebahasaan di Indonesia. Walaupun belum maksimal, pengutamaan bahasa Indonesia sebagai identitas nasional tampaknya telah menjadi kepentingan bersama. Dengan penyelenggaraan Bulan Bahasa dan Sastra setiap tahun, Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Undiksha berupaya membina dan mengembangkan Bahasa dan Sastra Indonesia, juga bertekad memelihara semangat dan peran serta seluruh warga kampus dalam menangani masalah bahasa dan sastra. Hal ini tercermin dari kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan pada saat itu. Pencerahan bahasa ke SMP/SMA, lomba majalah kampus antar jurusan, lomba majalah dinding antar kelas, Lomba Cerdas Cermat Bahasa Indonesia SMA/SMK/MA se-Bali, adalah beberapa aplikasi penumbuhan rasa cinta terhadap bahasa dan sastra Indonesia yang coba ditumbuhkan lewat hajatan bulan bahasa ini. Teruskan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar