Rabu, 16 November 2011

Efektif Berbahasa ala Jejaring Sosial


ilustrasi :)
Maraknya dunia maya (online world) saat ini telah memikat minat masyarakat luas. Tidak hanya itu saja, penggunaan bahasa masa kini tidak hanya digunakan dalam kehidupan sehari-hari, namun juga mulai sering digunakan di dalam dunia maya, salah satunya jejaring sosial. Situs jejaring sosial (Social network sites) merupakan sebuah web berbasis pelayanan yang memungkinkan penggunanya untuk membuat profil, melihat list pengguna yang tersedia, serta mengundang atau menerima teman untuk bergabung dalam situs tersebut. Tampilan dasar situs jejaring sosial ini menampilkan halaman profil pengguna, yang di dalamnya terdiri dari identitas diri dan foto pengguna.
Bahasa dalam dunia nyata (offline world) umumnya terdiri dalam 3 bagian yaitu secara tertulis, lisan, dan non-verbal. Bahasa yang digunakan dalam dunia nyata seperti ucapan kita sehari-hari, dalam media cetak, dan simbol/kode yang kita tujukan pada lawan bicara kita. Sedangkan penggunaan bahasa dalam dunia maya seperti penggunaan facebook (jejaring sosial yang lain), blog, website, dsb. Melalui facebook, twitter, friendster, koprol, dan google + misalnya, orang-orang bisa mengutarakan apa yang mereka rasakan dalam bentuk tertulis.
Pengutaraan perasaan ataupun pesan dalam bahasa Indonesia tentunya dalam jejaring sosial disajikan dengan efektif. Contohnya pertama bisa kita lihat pada komentar-komentar yang terdapat di dalam facebook. Dalam komentar-komentar yang diungkapkan tersebut bisa dari beragam bahasa. Setiap bahasa yang mereka gunakan menggambarkan identitas mereka. Namun, pada kenyataannya, bahasa yang mereka gunakan tidak selalu sesuai dengan identitas diri mereka. Pengguna facebook bisa saja menulis kata-kata yang sopan sehingga kita berpikir bahwa orang tersebut adalah orang yang baik dan ramah. Akan tetapi, pada kehidupan sehari-harinya belum tentu orang tersebut adalah orang yang baik. Penciptaan identitas di facebook sangatlah dangkal, terkadang pengguna facebook tidak sungguh menunjukkan identitas mereka.
Sering kali kita melihat ada teman atau saudara kita atau bahkan kita sendiri sering melakukan update status yang tidak jelas bahkan tidak penting, padahal di jejaring sosial terdapat banyak orang yang dapat melihat status tersebut . Reaksi orang yang membaca status tersebut bisa bermacam macam mulai dari cuek, risih, sedih, senang bahkan marah jika status tersebut kurang berkenan dengan si pembaca atau melukai perasaan seseorang. Begitulah kekuatan kata-kata, walau sudah dibuat ringkas (minimal mungkin), tetap menimbulkan efek yang besar (maksimal). Muncullah pepatah baru “statusmu harimaumu” diamini oleh pepatah lama “mulutmu harimaumu”. J
Contoh kedua, kehadiran media sosial minimalis seperti Twitter ternyata mengubah kebiasaan pengguna internet dalam berkomunikasi. Dulu, pada saat baru muncul media blog, komunikasi yang ditampilkan masih beratus-ratus karakter. Twitter lalu datang menuntut kita untuk lebih cerdas dan efisien. Media ini menuntut kita mengungkapkan pikiran, menyampaikan informasi, saling sapa, merayu, dan berhumor ria cukup dengan 140 karakter.
Semakin jauh jaman menapak, semakin jauh perkembangan komunikasi berkembang. Komunikasi yang menjadikan bahasa sebagai salah satu komponennya menuntut sebuah keefektifan dalam menyampaikan pesan dari penutur kepada mitra tutur. Dengan adanya jejaring sosial ini, setidaknya kita (penggunanya) diajarkan bagaimana komunikasi efektif. Walaupun bahasa yang digunakan bukan bahasa yang benar sesuai aturan EYD (Ejaan Yang Disempurnakan). Tidak apa-apa sebenarnya, karena poin dari jejaring sosial adalah komunikasi efektif dan efisien dengan agak mengesampingkan EYD itu. Karena memang tujuannya seperti itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar