Kamis, 23 Februari 2012

Kesenjangan Pelayanan Publik

Infrastruktur dan sumber daya yang mencukupi sering disebut sebagai modal utama dalam pemberian pelayanan publik yang baik di tingkat kabupaten/kota (Good Governance Brief, 2009). Isu mengenai kualitas layanan cenderung menjadi semakin penting dalam menjelaskan kinerja organisasi pelayanan publik. Banyak pandangan negatif yang terbentuk mengenai organisasi publik muncul karena ketidakpuasan masyarakat terhadap kualitas layanan yang diterima dan organisasi publik. Muncullah sikap pesimis.
Sebagian masyarakat masih pesimis terhadap negeri ini. Apa sebab? Banyak. Secara umum seperti saya sebut di atas. Kata memuaskan ini memang terkesan subjektif, tapi pari kita lihat dari pandangan objektifnya. Jika mau mengerucut lagi dan mengambil contoh kecil, yaitu jalan, pasti segera bisa mengamini letak objektifitas permasalahan ini. Semua pasti sangat prihatin dengan keadaan jalan-jalan yang ada di negeri ini. Jalan rusak dimana-mana, alih fungsi trotoar pun menjalar.
Saya pun akhirnya pesimis (juga). Jalan adalah sarana vital dalam transportasi. Pun dengan trotoar sebagai fasilitas satu-satunya untuk pejalan kaki. Keadaan kedua infrastruktur ini sungguh mengernyitkan dahi semua orang yang perduli. Bagi yang tidak, pasti akan acuh. Tapi perlu diingat semua ini untuk kepentingan orang banyak, jadi sangat penting.
Jamak kita lihat jalan yang berlubang dijadikan kolam pancing oleh warga disekitarnya. Ada juga yang ‘bercocok tanam’ dengan media jalan rusak ini. Jangan merasa bangga dulu ketika melihat kedua hal ini. Sadarilah, mereka tidak sedang mencari alternatif dalam mencari ikan pun bercocok tanam. Tapi semua itu adalah wujud dari kekesalah mereka akan ketidaktanggapan pihak berwenang dalam menyikapi masalah ini.
Ada di suatu tempat saya lihat jalan yang memiliki kerusakan parah, seperti sungai yang sedang surut. Hancur lebur dan saya anggap sudah tidak layak disebut jalan. Ketika berkendara melewati jalan itu, sudah bisa dipastikan badan akan terasa sakit dan pinggang terasa pegal karena guncangan yang cukup besar. Perlu kiranya kita mengingat bahwa jalan rusak juga bisa menjadi jalan alternatif menuju akhirat. Tidakkah ada yang perduli dengan hal ini?
Banyak pemberitaan tentang hal ini. Makin banyak pihak-pihak yang berkewajiban menyikapi masalah ini malah melengos cuek. Ketika akhirnya terpaksa menjawab, dana yang tak cukup selalu menjadi jawaban jitu. Lalu ketika mendengar pernyataan seperti itu, maka segera saja hati kecil saya menjawab. “Mengapa untuk korupsi selalu cukup?”
Ya korupsi. Korupsi masih terus menjadi penghambat bagi tata-kelola pemerintahan yang baik. Undang-undang anti korupsi dan pelaksanaannya masih berada dalam tahap awal, dan belum menghasilkan apa-apa. Nah,agar tidak semakin banyak pikiran-pikiran buruk seperti saya sangat indah kiranya mulai diadakan transparansi anggaran dana pada masyarakat. Apakah transparansi anggaran dana yang tersedia untuk jalan, dan lain-lain. Sehingga masyarakat memiliki dasar keyakinan bahwa apa yang telah dikerjakan pihak-pihak berwenang sesuai dengan swadarma masing-masing. Pelayanan publik tidak harus berarti pengalokasian dana yang besar, tetapi lebih pada orientasi terhadap penerima pelayanan daerah dan diutamakan pada keperluannya.
Mengapa sampai detik ini juga belum ada transparansi dan penyelesaian mengenai masalah ini? Tanyakan pada diri sendiri! Karena ketika pertanyaan ini kita lontarkan kepada pihak yang berwenang, seringkali mendapat jawaban yang tidak memuaskan.
Melihat permasalahan jalan rusak ini semakin kronis saya sempat berpikir dan mencanangkan ide besar. Apakah tidak sebaiknya masyarakat mulai bergerak sendiri, karena sudah kadung kecewa dengan pelayanan yang diberikan? Saya sempat merencanakan sebuah gerakan memperbaiki jalan secara swadaya yang dananya berasal dari orang-orang yang memang perduli dengan kondisi ini.
Hal itu terbersit dipikiran saya ketika melihat gerakan Koin Prita, BolBal, Indonesia Bertidak, dan gerakan-gerakan lain yang serupa. Intinya gerakan-gerakan yang sudah saya sebutka di atas adalah gerakan-gerakan yang dilakukan oleh orang-orang yang begitu perduli dengan kehidupan sekitar. Karena disaat bersamaan, pihak berwenang sangat lamban menyikapinya, muncullah penyelesaian alternatif seperti itu. Padahal permasalahan ini memrlukan penanganan yang sigap. Lain dari itu, saya sering diolok-olok oleh teman-teman karena daerah saya terkenal dengan jalan rusak yang sangat parah.
Gerakan-gerakan itu yang membuat saya berpikir untuk merancang gerakan serupa untuk menyelesaikan masalah jalan rusak ini. Tapi sejujurnya, ide besar saya ini hanya saya pendam di dalam kepala. Birokrasi yang cukup ribet adalah kendalanya. Menciptakan gerakan seperti ini cukup susah. Perlu perencanaan yang sangat terencana. Karena ini masalah pembangunan untuk orang banyak. Sangat tidak mungkin bagi saya ketika itu.
Lalu jikapun pada nantinya gerakan ini berhasil saya lakukan setidaknya di daerah tempat tinggal saya yang memang memiliki jalan rusak yang sangat kronis. Lalu apa kerja para penanggung jawab pelayanan publik jalan bagian ini? Lalu saya pun berpikir lagi, hendaknya masalah ini diselesaikan secara bersama dan didukung oleh semua pihak.
Jujur saja, saya sangat ingin memiliki jalan yang aman dan nyaman untuk berkendara ataupun berjalan kaki. Setidaknya jalan yang tidak membuat pinggang pegal ketika melewatinya. Jalan yang aman untuk kendaraan dan pengendara.
Janganlah dulu melihat Jepang yang memang memiliki fasilitas jalan ternyaman di seluruh dunia. Karena mereka membangun fasilitas dan memeliharanya dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab. Itu jangka panjangnya, ingin menjadi seperti Jepang. Jangka pendeknya, ke depan negeri ini atau setidaknya daerah saya memiliki jalan yang aman dan nyaman digunakan.
Atau bahkan ada yang mau membantu merealisasikan rencana besar saya, karena sudah gregetan dengan kondisi yang ada? Mari kita berjuang bersama-sama. Mari kita mengubah pesimis menjadi optimis dengan cara kita. Mari kita mengukur optimalisasi kinerja birokrasi yang ada dengan melihat kualitas layanan yang ditawarkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar