Minggu, 05 Februari 2012

cerpen: YUI (Part I)


Aku teringat gadis bernama Yui. Pertamanya aku tak begitu mengenalnya. Seiring waktu, keadaan mendekatkan kami. Seketika, detik-detik Yui akan berada bersinggungan dengan detik-detikku. Kita tak pernah merencanakannya. Setiap perjalanan pesti memiliki tujuan. Tapi aku tak melihat Yui sebagai seorang ambisius yang berbekal ransel besar untuk mencapai tujuannya. Ia begitu santai, selalu melangkah semaksimal mungkin, tetap berada pada garis. Hingga ia mendapat sesuatu, selalu begitu. Tak sekalipun ia menyesal dengan langkah-langkahnya.
Tak pernah ada tolok ukur, apa yang akan dia coba gapai. Yui selalu membuatku senang ketika ia mengerjakan tugas-tugas yang aku berikan dengan sangat baik. Hanya perlu sedikit teori untuk memulainya, dia memendar cahaya diwajahnya, lalu memokuskannya di pipi tembemnya. Sekejap setelah itu, dia akan tersenyum dengan bibir mungilnya. Jika begini, tandanya ia memang sudah memahami apa yang aku inginkan. Beberapa waktu berlalu, ia pun akan segera melaporkan pekerjaannya, dan hasilnya memang seperti yang aku harapkan. Selalu begitu.
Yiu memang tipikal wanita modern. Bukan seorang Kartini yang masih tertindas patriarki. Dia tak pernah memberi sekat dengan lingkungannya. Selama tak mendobrak tembok-tembok pembatas, ia akan nyaman bermain di setiap halaman dan taman kita. “Aku belum mengerti, ulangi sekali lagi”. Dia tersenyum. “Apakah sudah seperti yang Kamu harapkan?” Dia datang dengan hasil yang brilian.
Aku menyukainya. Sungguh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar