Aku teringat gadis
bernama Yui. Pertamanya aku tak begitu mengenalnya. Seiring waktu, keadaan
mendekatkan kami. Seketika, detik-detik Yui akan berada bersinggungan dengan
detik-detikku. Kita tak pernah merencanakannya. Setiap perjalanan pesti
memiliki tujuan. Tapi aku tak melihat Yui sebagai seorang ambisius yang
berbekal ransel besar untuk mencapai tujuannya. Ia begitu santai, selalu
melangkah semaksimal mungkin, tetap berada pada garis. Hingga ia mendapat
sesuatu, selalu begitu. Tak sekalipun ia menyesal dengan langkah-langkahnya.
Tak pernah ada tolok
ukur, apa yang akan dia coba gapai. Yui selalu membuatku senang ketika ia
mengerjakan tugas-tugas yang aku berikan dengan sangat baik. Hanya perlu
sedikit teori untuk memulainya, dia memendar cahaya diwajahnya, lalu
memokuskannya di pipi tembemnya. Sekejap setelah itu, dia akan tersenyum dengan
bibir mungilnya. Jika begini, tandanya ia memang sudah memahami apa yang aku
inginkan. Beberapa waktu berlalu, ia pun akan segera melaporkan pekerjaannya,
dan hasilnya memang seperti yang aku harapkan. Selalu begitu.
Yiu memang tipikal
wanita modern. Bukan seorang Kartini yang masih tertindas patriarki. Dia tak
pernah memberi sekat dengan lingkungannya. Selama tak mendobrak tembok-tembok
pembatas, ia akan nyaman bermain di setiap halaman dan taman kita. “Aku belum
mengerti, ulangi sekali lagi”. Dia tersenyum. “Apakah sudah seperti yang Kamu
harapkan?” Dia datang dengan hasil yang brilian.
Aku menyukainya. Sungguh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar