Senin, 10 Oktober 2011

Selanjutnya, Optimalkan Art Centre!


Fasilitas publik yang ada di Bali masih minim, lebih minim lagi jika yang dimaksud fasilitas publik yang disediakan pemerintah. Bila ragu, bisa Anda hitung sendiri. Jikapun ada, pasti masih belum jelas pengelolaannya. Inilah yang menjadi masalah sebenarnya. Sebuah kewajiban bagi pemerintah (sebenarnya) untuk menyediakan fasilitas publik bagi rakyatnya. Wujud fasilitas publik itu bermacam-macam, mulai dari jalan, taman kota, air bersih, rasa aman, dan lain-lain. Tergantung kebutuhan rakyat dan mengacu pada tradisi dan budaya masyarakat setempat.
Art Centre atau yang kerap disebut Taman Budaya merupakan salah satu fasilitas publik yang dibangun pemerintah, tepatnya saat zaman Gubernur Prof. Ida Bagus Mantra untuk mewadahi kreativitas para seniman Bali. Itu tujuan utamanya saat itu. Tapi kini, Taman Budaya yang harusnya menjadi kebanggaan Bali minim perhatian pemerintah. Pemerintah seakan lupa bahwa kita memiliki aset yang sangat berharga. Disebut berharga karena di tempat itulah Bali bisa dilihat, secara makro maupun mikro.
Jika kemudian ada kabar bahwa Art Centre ini akan ditambah fasilitasnya, segera muncul pertanyaan seberapa pentingkah hal itu dilakukan, setidaknya untuk saat ini. Semua akan terkesan mubasir, jika pengelolaannya masih “primitif” seperti hari ini. Sungguh disayangkan bangunan megah itu hanya diisi “nafas” kesenian dan energy dari para penikmat seni saat acara Pesta Kesenian Bali (PKB) saja. Makin mubazir ketika mengingat PKB lebih dilihat sebagai pasar malam oleh warga daripada tempat hajatan seni terbesar yang dimiliki Bali. Bangunan yang awalnya didirikan sebagai wadah kreatifitas berkesenian masyarakat Bali, kini hanya teronggok sepi saat hari-hari biasa. Pengelolaan jauh dari maksimal.
Seakan-akan fasilitas yang hendak ditambahkan seperti panggunug, sound system, tata lampu, serta CCTV dalam waktu dekat ini makin mubazir. Fasilitas yang wah berkat kucuran dana mencapai 21 Milyar itu semakin mengernyitkan dahi, dan jika diimbangi dengan pengelolaan seperti sediakala hanya akan menambah pengeluaran bagian perawatannya. Lain halnya jika setelah dipermak , Taman Budaya segera difungsikan sebagaimana mestinya pasti membuat masyarakat kreatif Bali memiliki wadah yang sangat pas bagi karya-karya mereka. Sekali lagi, yang menjadi perkara bukan karena dana besar serta fasilitas yang katanya dipugar, tapi tindank lanjut yaitu konsistensi perawatan tempat itu masih nihil. Pemerintah, tolong fasilitasi mereka. Jangan sampai dikalahkan oleh pihak swasta yang lebih maju dalam hal ini. Akan lebih baik bila, antara pemerintah dengan swasta mampu berjalan searah menyikapi hal ini. Semoga saja yang jawaban yang diberikan adalah opsi yang terakhir. Astungkara.. (semoga)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar