Fasilitas
publik yang ada di Bali masih minim, lebih minim lagi jika yang dimaksud
fasilitas publik yang disediakan pemerintah. Bila ragu, bisa Anda hitung
sendiri. Jikapun ada, pasti masih belum jelas pengelolaannya. Inilah yang
menjadi masalah sebenarnya. Sebuah kewajiban bagi pemerintah (sebenarnya) untuk
menyediakan fasilitas publik bagi rakyatnya. Wujud fasilitas publik itu
bermacam-macam, mulai dari jalan, taman kota, air bersih, rasa aman, dan
lain-lain. Tergantung kebutuhan rakyat dan mengacu pada tradisi dan budaya
masyarakat setempat.
Art
Centre atau yang kerap disebut Taman Budaya merupakan salah satu fasilitas
publik yang dibangun pemerintah, tepatnya saat zaman Gubernur Prof. Ida Bagus
Mantra untuk mewadahi kreativitas para seniman Bali. Itu tujuan utamanya saat
itu. Tapi kini, Taman Budaya yang harusnya menjadi kebanggaan Bali minim
perhatian pemerintah. Pemerintah seakan lupa bahwa kita memiliki aset yang
sangat berharga. Disebut berharga karena di tempat itulah Bali bisa dilihat,
secara makro maupun mikro.
Jika
kemudian ada kabar bahwa Art Centre ini akan ditambah fasilitasnya, segera
muncul pertanyaan seberapa pentingkah hal itu dilakukan, setidaknya untuk saat
ini. Semua akan terkesan mubasir, jika pengelolaannya masih “primitif” seperti
hari ini. Sungguh disayangkan bangunan megah itu hanya diisi “nafas” kesenian
dan energy dari para penikmat seni saat acara Pesta Kesenian Bali (PKB) saja.
Makin mubazir ketika mengingat PKB lebih dilihat sebagai pasar malam oleh warga
daripada tempat hajatan seni terbesar yang dimiliki Bali. Bangunan yang awalnya
didirikan sebagai wadah kreatifitas berkesenian masyarakat Bali, kini hanya
teronggok sepi saat hari-hari biasa. Pengelolaan jauh dari maksimal.
Seakan-akan
fasilitas yang hendak ditambahkan seperti panggunug, sound system, tata lampu, serta CCTV
dalam waktu dekat ini makin mubazir. Fasilitas yang wah berkat kucuran dana mencapai 21 Milyar itu semakin
mengernyitkan dahi, dan jika diimbangi dengan pengelolaan seperti sediakala
hanya akan menambah pengeluaran bagian perawatannya. Lain halnya jika setelah
dipermak , Taman Budaya segera difungsikan sebagaimana mestinya pasti membuat
masyarakat kreatif Bali memiliki wadah yang sangat pas bagi karya-karya mereka.
Sekali lagi, yang menjadi perkara bukan karena dana besar serta fasilitas yang
katanya dipugar, tapi tindank lanjut yaitu konsistensi perawatan tempat itu
masih nihil. Pemerintah, tolong fasilitasi mereka. Jangan sampai dikalahkan
oleh pihak swasta yang lebih maju dalam hal ini. Akan lebih baik bila, antara
pemerintah dengan swasta mampu berjalan searah menyikapi hal ini. Semoga saja
yang jawaban yang diberikan adalah opsi yang terakhir. Astungkara.. (semoga)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar