Minggu, 16 Oktober 2011

POHON




Tak perlu menunggu maut melesat bersama peluru
samar terlihat sabit menonton maut merenggut
pohon tak berdaya, disantap kanibal gas
bukan salah siapa-siapa.

Hari ini pun kau akan diantar ke hari-hari kering gersang
penjara gersang
lalu tinggal pilih, surga atau neraka
ketika pemilik wajah-wajah hilang.

Pohon-pohon tak lagi lahir dalam rimba
rimba-rimba tak lagi tersenyum
senyum-senyum pohon meruncing tajam
runcing-runcing tajam pohon-pohon gersang memangsa manusia.

Sepertinya kita perlu ilusionis untuk menciptakan ruang-ruang hijau
taman, makam, hutan, danau
hijau, pohon, pekarangan, paru-paru kota.

Tak perlu melibatkan tuhan
dua hari sebelum malam itu, sedang ku telusuri malam terakhir
kukira mereka mati, ternyata hanya tersiksa tertusuk kering
                                                                        lidah terjulur retak.

Terdengar, aku mendengar, sekali lagi, jeritan pohon
ia menyesal bila bocah-bocah tak berhasil lari.

ilustrasi :)


Esa Bhaskara
Jalan P. Bali, 14 Oktober 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar