Jumat, 07 Juni 2013

Persipura Sebuah Tim Besar


sumber gambar: google


Saya pikir, Persipura salah satu tim sepak bola permainannya enak ditonton di Indonesia. Tim sepak bola kebanggaan warga Papua, Persipura Jayapura ini selalu konsistensi. Penampilan impresif menjadi kunci utama dari semua itu, tak berbeda jauh dengan tahun-tahun sebelumnya, gaya quick-counter-attack yang diterapkan secara turun-temurun masih menjadi ciri khas utama dari Persipura. Hasilnya pun sejauh ini sangat memuaskan.

Regenerasi yang di terapkan Jacksen F Tiago juga hasilnya tidak buruk, komposisi pemain muda dan pemain tua acap kali dianggap percobaan yang penuh risiko pun sukses dijalani oleh Jacksen Tiago. Pengembangan usia dini juga menjadi sorotan utama selain konsistensi permainan. Tak banyak yang berubah pada wajah Persipura, baik pemain, staff maupun gaya bermain.

Sebelum Jacksen F Tiago ada nama Antonio Gonzaga Netto yang juga berasal dari Brazil yang menukangi Persipura. Pada era Netto pun Persipura sangat dominan dengan gaya quick-counter-attack. Gaya bermain ini sepertinya memang sudah terlahir bagi Persipura, tidak ada satupun pelatih yang bisa merubahnya. Kecepatan pemain-pemain asli Papua dan stamina menjadi kunci utama mengapa Persipura hingga detik ini masih mempertahankan gaya ini.

Dari segi skuad, Persipura memiliki kombinasi skuad yang sangat hebat. Pembelian Lim Joon-Sik juga termasuk pembelian tersukses di Persipura, lalu kembalinya Immanuel Wanggai yang sempat lama dibekap cidera. Penempatan dua gelandang pengangkut air ini yang menjadi kunci sukses Persipura. Dari total 22 laga, Persipura baru kemasukan 9 gol, fantastis! Raihan ini berkat sumbangsih besar dari gelandang bertahan Persipura, ini adalah lini paling vital di kubu Persipura. Di era sepak bola modern seperti ini, penempatan 2 center-back diproyeksikan tidak akan berdampak baik. Namun, semua opini tersebut berhasil dipatahkan oleh penempatan 2 gelandang bertahan Persipura. Gerald Pangkali, Lim Joon-Sik dan Immanuel Wanggai pun sukses besar menjalankan tugasnya, sesekali terjadi rotasi pada posisi ini, karena kebutuhan tim yang (setidaknya) hanya membutuhkan 2 pemain dengan tipikal yang sama di posisi yang juga sama.

Skema tersebut sejauh ini sangatlah berhasil, kerja Zah Rahan yang diplot sebagai playmaker pun juga sukses diperankannya. Zah Rahan tak perlu lagi membantu area belakang Persipura, karena Zah Rahan tahu akan tugasnya yang juga sebagai supplier bagi pembunuh berdarah dingin, Boaz Solossa maupun Patrich Wanggai. Memasukan total 50 gol ke gawang lain setidaknya menjadi ancaman bagi kontestan Liga Indonesia yang lain. Setidaknya dengan skema dan gaya bermain Persipura saat ini yang begitu dominan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar