Ketika saya mendengar
kata jurnalistik, pikiran saya langsung menyentuh sebuah benda yaitu koran.
Tidak salah memang karena koran adalah salah satu karya jurnalistik. Saya
pertama kali dekat dengan kata jurnalistik ketika masih duduk di bangku SMA.
Waktu itu saya mengikuti ekstrakulikuler jurnalistik. Setelah mengikuti proses
inilah saya menarik sebuah kesimpulan bahwa jurnalistik adalah sesuatu yang
penting dan menarik.
Namun, perkenalan lebih
jauh terhadap jurnalistik adalah ketika saya sudah berkuliah. Di bangku kuliah,
saya mendapatkan kuliah tentang jurnalistik. Saya pikir, pengetahuan tentang
jurnalisme wajib diketahui oleh masyarakat awam sekalipun. Hal ini agar segala
informasi yang disampaikan oleh jurnalis tidak ditelan mentah-mentah oleh
masyarakat.
Jurnalisme di masa
sekarang tidak hanya menampilkan laporan berita kejadian yang sedang terjadi
namun lebih dari itu. Sajian dan cara penyaian karya-karya jurnalistik sekarang
lebih beragam. Terdapat banyak hal di dalam sebuah tulisan atau berita
sekalipun, sehingga pembaca tidak bisa begitu saja menerima sebuah sajian dari
karya jurnalistik. Mengkritisi setiap sajian jurnalistik sangatlah penting,
agar pembaca mengetahui apa yang sebenarnya terjadi. Mengapa pembaca harus
kritis terhadap setiap pemberitaan? Bukankah yang namanya berita sudah benar?
Saya pikir, berita tidak sepenuhnya benar. Ingat, ada dua buah kebenaran,
kebenaran berita dan kebenaran hukum.
Dalam menulis berita
sekalipun memerlukan sebuah teknik menulis. Maksudnya dalam menulis sebuah
berita tidaklah sembarangan, perlu memerhatikan aspek akurat, artistik, dan
unsur-unsur kepentingan. Penguasaan
dasar-dasar pengetahuan jurnalistik merupakan modal yang amat penting manakala
kita terjun di dunia ini. Keberadaan media tidak lagi sebatas penyampaian
informasi yang aktual kepada masyarakat, tetapi media juga mempunyai tanggung
jawab yang berat dalam menampilkan fakta-fakta untuk selalu bertindak objektif
dalam setiap pemberitaan.
Perubahan-perubahan di atas menuntut peran baru media. Kalau dulu
media hanya menjadi penyalur informasi, maka kini ia menjadi fasilitator,
penyaring dan pemberi makna dari sebuah informasi. Media kini bertugas untuk “membawa” para
konsumen industri media masuk dalam dunia makna yang lebih luas, tidak terbatas
pada tempat dan waktu kejadian sebuah peristiwa. Perubahan-perubahan tersebut
juga mengakibatkan tugas media (cetak maupun elektronik) menjadi lebih berat
karena berita berubah begitu cepat.
Produsen dan konsumen
media harus sama-sama memahami jurnalistik zaman sekarang sehingga bisa
mengkritisi demi membuat masyarakat yang cerdas. Karya jurnalistik yang sering
kalian tonton di televisi terkait Eyang Subur adalah sebuah pengecualian. Satu
dari dua persoalan internal pers yang paling mencolok adalah penggunaan bahasa
jurnalistik. Dalam jurnalistik, penggunaan bahasa sangat perlu diperhatikan.
Namun, akhir-akhir ini, pers sering kali menggunakan bahasa yang salah memilih
kata, tidak gramatikal, susah dicerna, bahasa gado-gado, bias, ofensif, dan
tidak baku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar