Rabu, 19 Juni 2013

Menyikapi Fenomena Jurnalisme (1 of 2)



Ketika saya mendengar kata jurnalistik, pikiran saya langsung menyentuh sebuah benda yaitu koran. Tidak salah memang karena koran adalah salah satu karya jurnalistik. Saya pertama kali dekat dengan kata jurnalistik ketika masih duduk di bangku SMA. Waktu itu saya mengikuti ekstrakulikuler jurnalistik. Setelah mengikuti proses inilah saya menarik sebuah kesimpulan bahwa jurnalistik adalah sesuatu yang penting dan menarik.
Namun, perkenalan lebih jauh terhadap jurnalistik adalah ketika saya sudah berkuliah. Di bangku kuliah, saya mendapatkan kuliah tentang jurnalistik. Saya pikir, pengetahuan tentang jurnalisme wajib diketahui oleh masyarakat awam sekalipun. Hal ini agar segala informasi yang disampaikan oleh jurnalis tidak ditelan mentah-mentah oleh masyarakat.
Jurnalisme di masa sekarang tidak hanya menampilkan laporan berita kejadian yang sedang terjadi namun lebih dari itu. Sajian dan cara penyaian karya-karya jurnalistik sekarang lebih beragam. Terdapat banyak hal di dalam sebuah tulisan atau berita sekalipun, sehingga pembaca tidak bisa begitu saja menerima sebuah sajian dari karya jurnalistik. Mengkritisi setiap sajian jurnalistik sangatlah penting, agar pembaca mengetahui apa yang sebenarnya terjadi. Mengapa pembaca harus kritis terhadap setiap pemberitaan? Bukankah yang namanya berita sudah benar? Saya pikir, berita tidak sepenuhnya benar. Ingat, ada dua buah kebenaran, kebenaran berita dan kebenaran hukum.
Dalam menulis berita sekalipun memerlukan sebuah teknik menulis. Maksudnya dalam menulis sebuah berita tidaklah sembarangan, perlu memerhatikan aspek akurat, artistik, dan unsur-unsur kepentingan. Penguasaan dasar-dasar pengetahuan jurnalistik merupakan modal yang amat penting manakala kita terjun di dunia ini. Keberadaan media tidak lagi sebatas penyampaian informasi yang aktual kepada masyarakat, tetapi media juga mempunyai tanggung jawab yang berat dalam menampilkan fakta-fakta untuk selalu bertindak objektif dalam setiap pemberitaan.
Perubahan-perubahan di atas menuntut peran baru media. Kalau dulu media hanya menjadi penyalur informasi, maka kini ia menjadi fasilitator, penyaring dan pemberi makna dari sebuah informasi. Media kini bertugas untuk “membawa” para konsumen industri media masuk dalam dunia makna yang lebih luas, tidak terbatas pada tempat dan waktu kejadian sebuah peristiwa. Perubahan-perubahan tersebut juga mengakibatkan tugas media (cetak maupun elektronik) menjadi lebih berat karena berita berubah begitu cepat.
Produsen dan konsumen media harus sama-sama memahami jurnalistik zaman sekarang sehingga bisa mengkritisi demi membuat masyarakat yang cerdas. Karya jurnalistik yang sering kalian tonton di televisi terkait Eyang Subur adalah sebuah pengecualian. Satu dari dua persoalan internal pers yang paling mencolok adalah penggunaan bahasa jurnalistik. Dalam jurnalistik, penggunaan bahasa sangat perlu diperhatikan. Namun, akhir-akhir ini, pers sering kali menggunakan bahasa yang salah memilih kata, tidak gramatikal, susah dicerna, bahasa gado-gado, bias, ofensif, dan tidak baku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar