Minggu, 20 Januari 2013

Tentang Tan Malaka

Tan Malaka filsuf tersohor Indonesia meninggalkan misteri dari sisi kehidupannya, tapi menghidupkan akal sehat manusia ketimuran dengan karya terbaiknya. Materialisme, Dialektika dan Logika (Madilog). Mahakarya ini menempatkan Tan Malaka sebagai salah satu tokoh filsuf Indonesia, bahkan tidak sedikit orang yang mengatakan Tan Malaka adalah satu-satunya filsuf yang dimiliki oleh Indonesia.

Perjalanan hidup Tan Malaka melahirkan kontroversi dan tanda tanya di penghujung hayatnya, karena kaburnya jejak kehidupan Tan Malaka seperti hilang di telan bumi, hilang yang tak tau rimbanya, mati yang tak tau kuburnya, ia raib bersama orisinalitas pemikirannya, kabur bersama konsistensi dan komitmen hidupnya, tetapi kekuatan berpikir yang dimiliki Tan Malaka disandarkan kepada hasil berpikir ilmiah yang berangkat dari problematika sosial ke Indonesiaan.

Komitmen ke Indonesian Tan Malaka mewarnai perantauannya yang melanglangbuana kebeberapa negara, diawali dengan pendidikan dasarnya di Bukittinggi di teruskan pendidikan menengah di Harlem Belanda. Bangunan Ke Indonesiaan Tan Malaka tetap kokoh, terbukti pada tahun 1919 Tan Malaka kembali untuk cita-cita melepaskan Indonesia dari cengkraman penjajahan kolonial Belanda, dengan menggalang kekuatan Islam dan Komunis di Sarikat Indonesia (SI). Walaupun pada tahun 1921 SI pecah dan Tan Malaka diangkat menjadi ketua Partai Komunis Hindia yang didalam sejarah disebut dengan Partai Komunis Indonesia (PKI).

Strategi, taktik dan keberanian Tan Malaka memberikan perlawan secara terbuka terhadap penjajahan Belanda membuat Belanda terusik dan terancam sehingga Belanda membuangnya ke Amsterdam Belanda. Dalam pembuangannya Tan Malaka dapat melakukan pelarian ke berbagai negara seperti Rusia untuk menghadiri konferensi Komunis Internasional (Komintern) keempat di Moskow, kemudian ia diangkat sebagai wakil Komintern untuk Asia Timur yang berkedudukan di Kanton Cina, sejak tahun 1923.

Hidup Tan Malaka dengan status sebagai buangan tetap menghantui pelariannya karena kerap kali Tan Malaka tertangkap dan juga sering lolos dari jeratan penangkapan musuh. Tan Malaka baru masuk kembali ke Pulau Jawa setelah Jepang menduduki Jawa, dengan menggunakan nama samaran ia menunggu waktu yang tepat bagi rakyat Indonesia untuk memerdekakan diri. Kehadiran Tan Malaka di Indonesia di ketahui pada tanggal 25 Agustus 1945 sejak itulah ia hidup dengan nama Tan Malaka sampai zaman mengantarnya kepada kematian pada tahun 1949. Kematian itulah yang sampai saat ini menjadi misteri Tan Malaka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar