Aku
masih terus-terusan betah duduk dalam waktu seperempat malam, menarik selimut
subuh dan bersikeras gelap masih menyertaiku.
Senyum kopi menyambut ketika itu. Saat kedua kelopak mata
kita saling bersentuhan rasa. Berhenti dengan rapi dalam jarak yang tepat
sekian senti dari cangkir kopiku yang mengepulkan asap dan aroma pagi yang kita
kenal baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar