Rabu, 20 Juni 2012

Jadikan Generasi Muda Penggerak Bangsa

Ibarat manusia, negeri ini sudah terserang penyakit kronis. Dalam suatu waktu negeri ini diserang ketertinggalan pendidikan, disintegrasi sosial, dan wabah korupsi. Parahnya lagi, di tengah maraknya tindakan korupsi yang dilakukan oleh pejabat negara, penegakan keadilan justru semakin melemah dan isu suap semakin menginjak-injak kreadibilitas para penegak hukum. Berbagai kasus korupsi dan kekerasan, misalnya, kebanyakan tidak ditindak secara tegas. Muncullah selanjutnya apa yang dikenal dengan mafia hukum. Semakin parahlah penyakit ini.
Berbagai permasalahan bangsa di atas adalah potret buram yang harus menjadi refleksi bagi negeri kita. Kita tidak harus menciutkan rasa memiliki bangsa ini, apalagi menjadikan kita semakin pesimis terhadap masa depan bangsa. Mengingat pesimisme masyarakat telah tergambar jelas dalam berbagai opini. Masyarakat telah banyak menyampaikan kritik, kegelisahan, kekesalan, dan bahkan kebencian terhadap negara. Dikhawatirkan,  kebencian ini akan menyeret pada  tindakan merusak, menghancurkan.
Maka dari itu, hendaknya kita tidak perlu terjebak pada rasa benci terhadap para pengabdi negara karena kegagalanya dalam menjalankan amanah bangsa, dengan saling tuding salah, akan memperparah keadaan sehingga memunculkan emosi kolektif. Yang terpenting saat ini adalah sejauh mana tindakan kita untuk  melakukan perubahan bagi Indonesia, baik dalam aspek ekonomi, sosial, politik, pendidikan dan budaya. Jika pemerintah tidak sanggup, mari swadaya saja. Jangan anarkis, tetapi buatlah para pejabat itu malu.
Langkah strategis untuk melakukan perubahan ini adalah menjadikan generasi bangsa sebagai modal utama bagi penggerak perubahan. Generasi muda adalah tonggak bangsa ini, dipundaknya lah nasib masa depan bangsa ini. Selama ini, problematika kebangsaan tidak disikapi secara mendasar dengan mempersiapkan anak bangsa untuk merubah Indonesia di masa depan. Langkah yang dilakukan selama ini masih bersifat sementara. Padahal, sangatlah mustahil, keterpurukan bangsa yang sedemikian parahnya cukup dengan aksi sesaat. Apalagi diperparah dengan pengakit ‘lupa’ yang akan sesegera mungkin mengubur masalah-masalah yang belum sepenuhnya selesai itu. Harusnya penyelesaian dilakukan melalui proses yang berkepanjangan dan berkelanjutan. Dalam hal ini, generasi muda adalah kuncinya.
Selama ini, belum tercermin sebuah harapan bangsa digantungkan kepada pundak pemuda secara real. Generasi bangsa yang merupakan elemen kunci bagi perubahan bangsa masih dianggap tidak penting. Saat ini generasi muda dalam menatap masa depan kerap dihancurkan oleh sistem yang kotor. Pendidikan yang merupakan kawah candradimuka bagi para pemuda malah diracuni dengan kebohongan-kebohongan. Pendidikan dengan orientasi ujian nasional sebagai tolok ukur kelulusan melahirkan nilai-nilai semu yang dikarbit. Mencari sekolah atau perguruan tinggi harus melewati jalur ‘kotor’, jalur prestasi tidak sepenuhnya jujur. Jamak yang lulus tiba-tiba melalui jalur prestasi, entah prestasi apa dan tingkat mana. Jika demikian, bagaimana nasib bangsa ke depan, jika pemudanya sudah diberi sajian “menu kotor” terus menerus.
Karena itu, kiranya perlu menjadi kesadaran bersama, terutama para generasi muda, untuk membentuk gerakan kongkrit dalam rangka mewujudkan perubahan di Indonesia. Di tengah derasnya fakta yang memperpuruk bangsa ini, kita perlu mempertegas tugas sebagai sosok pembelajar, sehingga mampu mengambil sikap tegas dalam menghadapi keterpurukan. Berbanggalah pada para pemuda yang sudah menunjukkan kegelisahan mereka lewat gerakan-gerakan positif. Seperti itulah hendaknya pemuda dalam membangun bangsa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar