Jumat, 15 April 2011

ISL dan LPI Sulit Disatukan


Berubahnya status LPI menjadi legal menimbulkan masalah baru. Komite Normalisasi seakan melupakan bahwa FIFA melarang adanya dua kompetisi dalam satu kasta yang sama. LPI dan ISL mempunyai derajat yang sama.
Walau LPI mengaku pantas berada di atas ISL yang masih menyusu pada uang rakyat, itu masih belum bisa diterima oleh semua pihak. ISL tetaplah kompetisi tertinggi Indonesia, dan klub-klub yang berkompetisi di sana adalah klub yang sejak lama berkompetisi. Sebaliknya, jika LPI diletakkan di bawah ISL, pasti sangat ditentang oleh pihak LPI.
Bila LPI dan ISL digabung dalam satu wadah liga, tentu akan sangat gemuk. FIFA menetapkan sebuah kompetisi hanya boleh diikuti maksimat 20 klub. Mungkin ini bisa dilakukan, tapi bagaimana sistem penentuan ke 20 klub yang berhak berada di kasta tertinggi kompetisi Indonesia? Selanjutnya, bagaimana dengan sisa klub yang tak lolos itu? Di tingkatan mana mereka di taruh?
Jika mereka ditaruh di bawah liga tertinggi, maka akan terjadi kecemburuan bahkan kekacauan  pada klub-klub di liga dibawah. Perjalanan mereka menuju kasta tertinggi akan semakin jauh. Menurut saya, yang paling tidak bisa diterima adalah karena penambahan ini secara tiba-tiba. Penyatuan dua kompetisi di atas pasti akan berimbas pada klub-klub di kompetisi rendah lain yang sudah ada seperti Divisi Utama, Divisi Satu, dan Divisi Dua.
Pertu sistem dan regulasi yang tepat untuk menyatukan kedua kompetisi itu. semua klub, dan pihak terkait hendaknya duduk bersama demi kemajuan sepak bola kita, dalam hal ini terkait run away leagua ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar