Berubahnya
status LPI menjadi legal menimbulkan masalah baru. Komite Normalisasi seakan
melupakan bahwa FIFA melarang adanya dua kompetisi dalam satu kasta yang sama.
LPI dan ISL mempunyai derajat yang sama.
Walau
LPI mengaku pantas berada di atas ISL yang masih menyusu pada uang rakyat, itu
masih belum bisa diterima oleh semua pihak. ISL tetaplah kompetisi tertinggi
Indonesia, dan klub-klub yang berkompetisi di sana adalah klub yang sejak lama
berkompetisi. Sebaliknya, jika LPI diletakkan di bawah ISL, pasti sangat
ditentang oleh pihak LPI.
Bila
LPI dan ISL digabung dalam satu wadah liga, tentu akan sangat gemuk. FIFA
menetapkan sebuah kompetisi hanya boleh diikuti maksimat 20 klub. Mungkin ini
bisa dilakukan, tapi bagaimana sistem penentuan ke 20 klub yang berhak berada
di kasta tertinggi kompetisi Indonesia? Selanjutnya, bagaimana dengan sisa klub
yang tak lolos itu? Di tingkatan mana mereka di taruh?
Jika
mereka ditaruh di bawah liga tertinggi, maka akan terjadi kecemburuan bahkan
kekacauan pada klub-klub di liga
dibawah. Perjalanan mereka menuju kasta tertinggi akan semakin jauh. Menurut
saya, yang paling tidak bisa diterima adalah karena penambahan ini secara
tiba-tiba. Penyatuan dua kompetisi di atas pasti akan berimbas pada klub-klub
di kompetisi rendah lain yang sudah ada seperti Divisi Utama, Divisi Satu, dan
Divisi Dua.
Pertu
sistem dan regulasi yang tepat untuk menyatukan kedua kompetisi itu. semua
klub, dan pihak terkait hendaknya duduk bersama demi kemajuan sepak bola kita,
dalam hal ini terkait run away leagua
ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar