Mengapa kita
sesalu menilai budaya barat adalah budaya negatif? Harusnya kita mengambil
budaya-budaya barat yang positif. Kita tidak bisa menghakimi seseorang dari
prilaku negatifnya saja, karena setiap manusia pasti pernah berbuat negatif.
Negatif itu relatif. Begitu pula analogi bagi penilaian terhadap sebuah
kebudayaan.
Mengapa kita
tidak pernah belajar dari orang-orang China? Mereka mayoritas pengusaha
yang selalu berusaha mengembangkan perusahaan warisan mereka secara turun
temurun. Hingga nantinya ia wariskan ke cucu mereka. Apa artinya itu? Ini
berarti bahwa, jangan berikan kesempatan pihak luar menjadi raja di kerajaan kita.
Ini sama halnya
dengan proyek jalan tol di Bali. Harusnya,
dari sejak dulu diprioritaskan untuk dikelola oleh Pemprov Bali
bekerja sama dengan Pemkab Badung. Jangan biarkan masyarakat bali jadi tamu di
negeri sendiri, melihat lahannya dikerjakan orang asing dalam hal ini PT. Jasa
Marga Tbk.
Pemprov Bali
yang tahu akan lahan ini, dan Pemkab Badung sebagai pemilik lahan akan kena
imbas nanti jika proyek ini mengalami kegagalan. Saya tidak menuding bahwa PT.
Jasa Marga tidak becus, tetapi waspada boleh kan? Saya tidak perlu menyebutkan
proyek-proyek gagal yang diambil pihak “swasta”. Semua sudah tahu. Yang rugi
siapa?
Andai saja
pengusaha lokal, kelompok koperasi dan lembaga perekonomian desa serta
“orang-orang lokal” lainnya tentu ini akan berimbas pada perekonomian lokal.
Kita seakan negara yang kaya, yang masyarakatnya sudah mapan dan sejahtera. Padahal
jauh dari itu. Dan andai saja proyek jalan tol ini diambil oleh duet Pemprov
dan Pemkab Badung, sudah barang tentu akan memberi dampak positif paka
kejesahtraan masyarakat sekitar.
Harusnya jika
sadar akan hal di atas, Pemprov dan Pemkab mulai memikirkan hal-hal yang akan
didapat dari proyek itu. Jangan menyesal setelah semuanya terjadi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar