Hujan lagi sore itu.
Tubuhku menggigil dengan sendirinya, dingin. Tak ada selimut, jaket ataupun
sesuatu untuk membungkus tubuhku dari tusukan dingin. Aku sendiri di kamar, tak
bisa ke mana-mana. Tatapan mata senduku ku lemparkan keluar jendela. Begitu
derasnya hujan ini.
Aku bertahan. Mataku
sebenarnya mengantuk, tapi ia menolak untuk terlelap walau sejenak. Tubuhku
sebenarnya lemas, tapi ia selalu mencoba bangun, melawan. Tanganku meraba
tumpukan buku, majalah dan novel disebelah laptopku. “Boleh juga”, mulutku
bersuara setelah beberapa jam terdiam. Kepalaku masih berat sebenarnya. Padahal
sudah empat jam ku terbangun dari tidur siangku. Mungkin itu yang membuat
kepalaku sakit, aku mulai berhipotesis.
Tanganku mengambil Four
Four Two ternyata. Bukan KBBI ataupun Rectoverso yang sebenarnya bersanding
dengan Four Four Two ini dimeja belajarku. Mungkin dia tahu aku perlu sedikit
penyegaran. Ada dua alternative yang muncul dikepalaku, membaca atau dengerin
radio. Pilihanku jatuh pada membaca. Mendengarkan radio salah satu hobiku kini
agak mulai ku tinggalkan. Ku mulai
bosan, lagu-lagu yang memenuhi radio tak ada yang enak ditelinga. Semua
musisi tak ada yang idealis seperti masa awal kemunculan mereka. Apa karena
kekurangan ide, kehilangan inspirasi atau mengikuti tren, kembali aku
berhipotesis ria.
Kepalaku masih berat. Masih
hujan. Aku masih di kamar. Aku mulai membaca. “Gila”,
Detik jam berjalan
lambat.
Hanphone ku masih diam.
Aku terbangun.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar