Senin, 11 Juli 2011

19 tahun


Hujan lagi sore itu. Tubuhku menggigil dengan sendirinya, dingin. Tak ada selimut, jaket ataupun sesuatu untuk membungkus tubuhku dari tusukan dingin. Aku sendiri di kamar, tak bisa ke mana-mana. Tatapan mata senduku ku lemparkan keluar jendela. Begitu derasnya hujan ini.
Aku bertahan. Mataku sebenarnya mengantuk, tapi ia menolak untuk terlelap walau sejenak. Tubuhku sebenarnya lemas, tapi ia selalu mencoba bangun, melawan. Tanganku meraba tumpukan buku, majalah dan novel disebelah laptopku. “Boleh juga”, mulutku bersuara setelah beberapa jam terdiam. Kepalaku masih berat sebenarnya. Padahal sudah empat jam ku terbangun dari tidur siangku. Mungkin itu yang membuat kepalaku sakit, aku mulai berhipotesis.
Tanganku mengambil Four Four Two ternyata. Bukan KBBI ataupun Rectoverso yang sebenarnya bersanding dengan Four Four Two ini dimeja belajarku. Mungkin dia tahu aku perlu sedikit penyegaran. Ada dua alternative yang muncul dikepalaku, membaca atau dengerin radio. Pilihanku jatuh pada membaca. Mendengarkan radio salah satu hobiku kini agak mulai ku tinggalkan. Ku mulai  bosan, lagu-lagu yang memenuhi radio tak ada yang enak ditelinga. Semua musisi tak ada yang idealis seperti masa awal kemunculan mereka. Apa karena kekurangan ide, kehilangan inspirasi atau mengikuti tren, kembali aku berhipotesis ria.
Kepalaku masih berat. Masih hujan. Aku masih di kamar. Aku mulai membaca. “Gila”,
Detik jam berjalan lambat.
Hanphone ku masih diam.
Aku terbangun.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar