Bahasa menunjukkan bangsa. Bangsa Indonesia adalah bangsa
yang kaya. Dr. Mujizah, kepala Bidang Pengkajian Bahasa dan Sastra Pusat
Bahasa, Kementerian Pendidikan Nasional
sempat mengatakan bahwa hingga saat ini sekitar 2.000 kosakata baru
telah diserap ke dalam Bahasa Indonesia, baik yang berasal dari bahasa daerah
maupun asing. Perkembangan ini diyakini akan selalu terjadi dari waktu ke
waktu. Adapun bahasa daerah yang diserap adalah dari seluruh penjuru Tanah Air.
Dan, Pusat Bahasa terus mencatat perkembangannya sesuai fungsi lembaga ini,
yang antara lain, memberikan dukungan dan semangat kepada masyarakat luas dalam
mengapresiasi masalah bahasa dan sastra. Berdasarkan temuan terbaru itu maka saat ini telah
tercatat ada 442 bahasa daerah yang sudah dipetakan. Sedangkan 400 lainnya di
Papua, Maluku, Nusa Tenggara Timur belum terpetakan. Sungguh kaya negeri ini
sebenarnya. Kita wajib melestarikan kekayaan ini.
![]() |
ilustrasi :) |
Terkait dengan hal tersebut, bahasa Indonesia—termasuk sastra
di dalamnya—memegang peranan yang amat penting dalam pendidikan karakter
bangsa. Hal itu karena dengan mencintai bahasa Indonesia berarti juga mencintai
bangsa Indonesia karena bahasa pada hakikatnya juga merupakan simbol identitas
bangsa. Karakter yang bertumpu pada kecintaan dan kebanggaan terhadap bahasa
dan bangsa seperti itu pada dasarnya juga merupakan refleksi dari kecintaan dan
kebanggaan terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan Pancasila, UUD
1945, dan Bhinneka Tunggal Ika sebagai pilarnya.
Bahasa juga menunjukkan bangsa. Ungkapan itu juga berarti
bahwa bahasa menunjukkan jati diri dan karakter bangsa penuturnya. Tutur kata
yang lembut dan santun, misalnya, juga dapat dipandang sebagai pencerminan dari
karakter pribadi penuturnya yang santun. Untuk itu, pengajaran bahasa juga
harus diarahkan pada pendidikan karakter budi pekerti yang luhur, berakhlak
mulia, dan sikap yang santun.
Sebagai sarana komunikasi, bahasa juga mampu membangun
keterampilan berkomunikasi, keterampilan menyampaikan pendapat, gagasan, dan
pandangan dalam menyikapi suatu persoalan yang dihadapi dalam kehidupan pada
era global ini. Keterampilan seperti itu tentu sangat dibutuhkan dalam
menghadapi tantangan zaman.
Selain
sebagai sarana komunikasi, bahasa juga merupakan alat berpikir. Oleh karena
itu, melalui kemampuan berbahasa, berbagai persoalan yang dihadapi dapat
dipahami, disikapi, dan dicerna dengan baik sehingga dapat menambah kematangan
berpikir/intelektual seseorang. Dengan demikian, kematangan berpikir dan
kemampuan menyikapi setiap masalah dengan kritis merupakan dua hal yang saling
melengkapi dalam pembentukan kualitas individu untuk membangun kreativitas dan
daya inovasi. Berkenaan dengan itu, kemampuan berkomunikasi yang tinggi dan
daya pikir yang kritis dalam menghadapi setiap tantangan pada gilirannya juga
dapat melahirkan generasi yang kreatif dan inovatif.
Bagaimana aplikasinya dalam pendidikan di Indonesia? Adanya
peringatan bulan bahasa di sekolah-sekolah ataupun di perguruan tinggi adalah
jawabannya. Tidak hanya keberadaannya saja, tapi bagaimana apresiasinya dalam
setiap hajatan. Itu yang penting. Pun dengan Jurusan Pendidikan Bahasa dan
Sastra Indonesia Undiksha yang secara rutin menyelenggarakan Bulan Bahasa tiap
tahunnya. Hajatan-hajatan yang lalu mencerminkan seberapa tinggi perhatian
dunia pendidikan (baca: Undiksha), terhadap upaya pengelolaan masalah
kebahasaan di Indonesia. Walaupun belum maksimal, pengutamaan bahasa Indonesia
sebagai identitas nasional tampaknya telah menjadi kepentingan bersama. Dengan
penyelenggaraan Bulan Bahasa dan Sastra setiap tahun, Jurusan Bahasa dan Sastra
Indonesia, Undiksha berupaya membina dan mengembangkan Bahasa dan Sastra
Indonesia, juga bertekad memelihara semangat dan peran serta seluruh warga
kampus dalam menangani masalah bahasa dan sastra. Hal ini tercermin dari
kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan pada saat itu. Pencerahan bahasa ke
SMP/SMA, lomba majalah kampus antar jurusan, lomba majalah dinding antar kelas,
Lomba Cerdas Cermat Bahasa Indonesia SMA/SMK/MA se-Bali, adalah beberapa
aplikasi penumbuhan rasa cinta terhadap bahasa dan sastra Indonesia yang coba
ditumbuhkan lewat hajatan bulan bahasa ini. Teruskan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar