Potret transportasi
laut saat ini boleh dikatakan sangat buram. Ironisnya, departemen perhubungan
telah mengkambing hitamkan cuaca buruk sebagai penyebab kecelakaan. Padahal
banyak faktor teknis dan regulasi yang merupakan penyebab kecelakaan angkutan
laut. Ketika ngayah menjadi sebuah
musibah, “siapa” yang layak dikambing hitamkan?
Ngayah,
sebuah tradisi yang sudah dilakukan oleh masyarakat Bali dari sejak dulu kala
dan telah mengakar di dalam pribadi masyarakatnya. Kewajiban serta keiklhasan
adalah pondasi dari ngayah. Jika
dilihat dari segi definisinya, ngayah
ialah kegiatan mengabdi terkait acara/upacara adat tanpa mengharap imbalan.
Dalam sebuah kejadian yang terjadi beberapa waktu lalu bisa dikatakan sisi lain
dari tradisi ngayah. Ngayah yang bertujuan mendekatkan diri
dengan Tuhan dan berharap keselamatan bisa menjadi sebuah petaka.
Sesobek kabar duka
datang dari perairan Jungutbatu, Klungkung. Kapal Motor Sri Murah Rejeki yang
ditumpangi warga Dusun Sebunibus tepatnya sekaa
angklung (kelompok kesenian dengan gambelan Bali bernama angklung yang
memiliki empat selendro) itu, terbalik di laut sepulang ngayah. Takdir memang tidak bisa dihindari. Rasa kebersamaan yang
menjadi bagian dari ngayah seakan
menjadi sinyal sebuah musibah bagi para korban. Ngayah dan keselamatan diri memang tidak berhubungan secara
langsung, apalagi jika melihat dari jenis kecelakaan ini, kecelakaan kapal
laut. Antara ngayah, keselamatan
serta pemilihan transportasi laut tidak ada hubungannya, tapi kecelakaan itu
seakan membuktikan lain. Bagi mereka yang ngayah
asal bisa bersama-sama dengan teman walau menggunakan transportasi seadanya
bahkan ngayah dengan berjalan kaki
beriringan berapa pun jauhnya lokasi upacara. Banyak hal yang mereka dapatkan
dari kebersamaan itu. Mereka saling mempererat silahturahmi dan berbagi
pengalaman. Jika sudah begini terkadang keselamatan menjadi nomor kesekian. Ngayah pun tak memperhatikan keselamatan
diri sendiri, khususnya dalam pemilihan transportasi.
Terkait kecelakaan
kapal yang belakangan ini sering terjadi, khususnya kecelakaan yang dialami sekaa angklung, harusnya membuat kita
bersama berpikir mencari jalan keluarnya. Selanjutnya, pemerintah dan pemangku
hendaknya bekerja keras dan memberikan pengertian kepada para sekaa agar memikirkan keselamatan diri
dan tak sekadar menjadi bagian dari ngayah. Pun dengan alatnya yang juga
merupakan bagian dari spiritual, agar ngayah
tak berujung musibah, seperti kawan-kawan kita sekaa angklung Dusun Jungutbatu,
Nusa Lembongan. Astungkara (semoga).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar