Kamis, 14 Februari 2013

Tidak Hanya 14 Februari

Memaknai cinta dan kasih sayang tidak dapat menggunakan teropong terbalik. Perspektif ini menyebabkan penyempitan makna terhadap objek sehingga apa yang seharusnya luas dan besar terlihat menjadi sempit dan kecil. Ini dilakukan agar kita tidak memaknai cinta dengan sempit.
Salah satu contohnya adalah ketika para remaja saat perayaan valentin atau hari kasih sayang. Sebuah hari ketika Februari, di mana cinta dan kasih sayang seakan sempit dan dangkal. Cinta yang sejatinya mengandung makna begitu mulia, dipersempit menjadi sebatas cokelat dan bunga mawar. Cinta yang seharusna memiliki jutaan warna berubah menjadi warna pink saja.
Cinta yang seharusnya terjadi dengan ikatan suci berubah menjadi murahan dengan janji gombal tak berarti. Lebih parah lagi, kasih sayang yang mestinya ada setiap saat, setiap waktu, dan setiap hari, tiba-tiba jadi raib dan hanya didapatkan pada 14 Februari saja.
Cinta dan kasih sayang itu ada ketika seorang nenek menyuapi mantan kekasihnya dengan penuh kasih sayang setiap hari, karena kondisi pasangannya yang sudah melemah. Walau sebenarnya sama-sama lemah, tapi mereka melewatinya tetap dengan cinta. Cinta juga ada ketika seorang ibu di gubug sederhana menyuapi buah hatinya. Sang ibu sangat mencintai buah hatinya. Kasih sayang ada ketika seorang pembalap dengan cinta mengelap motor kesayangannya walau kendaraannya tersebut sudah lecet dimana-mana. Masih banyak lagi kisah cinta dan kasih sayang yang tidak dilakukan pada 14 Februari, tapi sesungguhnya itulah cinta dan kasih sayang spenuh hati.
Hari valentin hanyalah pengingat bahwa kasih sayang sangat penting di dunia. Cinta sangat perlu dipahami secara luas, tak sempit, bukan sehari. Hari penuh cinta. Kita diingatkan bahwa setiap hari semestinya penuh kasih. 14 Februari hanyalah penanda.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar