Selasa, 16 Juli 2013

Cinta dan Konsekuensinya

Benar atau salah, setiap tindakan pastilah ada konsekuensinya. Dari hampir semua pengalaman yang saya miliki, terutama tentang (ehem) jatuh cinta, saya pun menjadi semakin mengerti bahwa setiap tindak-tanduk saya memiliki konsekuensinya masing-masing.

Jatuh cinta pada dasarnya adalah sebuah tindakan yang mengantarkan saya pada berbagai konsekuensi. Konsekuensi paling mendasar adalah patahnya hati saya sendiri. Konsekuensi lainnya adalah saya harus memulai suatu hubungan dengan manusia lain, yang pada akhirnya mungkin menjadi pendamping hidup saya–walaupun saya juga belum berpikir sampai sejauh itu. Bila tidak bisa jadi istri, ya paling jadi mantan pacar saja. Sederhana, kan? Ya, sesederhana itu. Tidak, sebenarnya tidak sesederhana itu. Konsekuensi jatuh cinta lebih dari itu.

Jatuh cinta bisa membuat saya belajar banyak hal, terutama tentang memahami orang lain. Saya bisa belajar lebih jauh tentang seseorang yang bahkan belum saya kenal sama sekali. Semuanya benar-benar baru sekaligus menantang. Saya sih, suka tantangan. Meskipun saya sadar tidak semua tantangan bisa saya lewati dengan mudah seperti membalikkan satu telapak tangan. Dan lagi, proses belajar banyak hal dalam jatuh cinta juga tidak selalu berjalan mulus. Selalu akan ada tawa dan air mata dalam perjalanannya.

Berulang kali saya diingatkan tentang si A, B, atau bahkan Z. Saya diingatkan tentang berbagai kemungkinan dan risiko yang akan muncul di hadapan saya. Saya tahu persis, bagaimana semua itu akan kandas dan berakhir begitu saja. Akan tetapi, rasa penasaran selalu berhasil membuat saya membiarkan fenomena jatuh cinta hadir begitu saja. Naksir, ditaksir, sayang, disayang, suka, disuka, cinta, dicinta… Eh, cinta? Saya sendiri pun tidak tahu pasti apa itu cinta. Apapun itu, fenomena jatuh cinta yang hadir selalu membuat saya tergelitik. Ada bunga matahari yang mekar di dada begitu bisa berbagi banyak hal dengan orang itu. Sebaliknya, bunga matahari itu langsung menguncup kembali saat saya dan orang itu tidak bisa berbagi apapun; obrolan, cerita, pengalaman, dsb. Ah, masak saya harus dikelabuhi oleh sesuatu yang tidak pasti? Yang jelas, semua ini menyenangkan. Ya itulah cinta.

Jumat, 12 Juli 2013

Perpisahan Rika

Pagi ini entah kenapa saya ingin memanjakan telinga saya dengan lagu-lagu dari Ice Cream Attack! (http://t.co/DOl1Z4HVSK) sebuah band Dance Rock asal Bali. Walaupun kini mereka memindahkan basecamp mereka ke Depok tetap saja dalam akun twitter dan facebook mereka menuliskan dari Bali. Mereka adalah salah satu band yang menurut saya sangat cepat melesat di 'luar kandang'. Musikalitas dan kualitas yang mereka miliki sangat pantas mendapat ganjaran nasional. Dan lagu-lagu mereka membuat saya rindu.

Dan yang paling membuat saya rindu adalah Rika Yuniorika (@rikayuniorika). Dia adalah sang vocalis unyu yang selalu dinanti oleh setiap Creamers (sebutan untuk penggemar mereka). Ya, Rika juga adalah salah satu sebab saya menyukai band ini. Vocalnya yang lembut tapi bertenaga langsung membuat saya jatuh cinta. Mirib-mirib Sherina tapi lebih khas gadis ABG, unyu dan menggemaskan. Untuk yang belum tahu, bisa mendengarkan lagu-lagu mereka yang semuanya sudah menjadi hits di radio-radio nasional. Cek salah satu video klip mereka di http://www.youtube.com/watch?v=8HMUlF612RE .

ki-ka: @ndramomow , @rikayuniorika , @partanx , @MPVerssa420

Saya sempat menonton beberapa kali aksi panggung band ini secara live di Singaraja, Bali. Penampilan mereka selalu enerjik. Terutama @ndramomow : string + beatronic controler + back. vox. Namun yang paling menarik perhatian saya adalah tentu saja Rika. Dia selalu memukau, dengan hampir selalu ditemani boneka kodok yang dia namai Gigi, Rika menari-nari dengan anggun di setiap panggung Ice Cream Attack! Dan hingga akhirnya, Rika memutuskan untuk mengundurkan diri dari band karena ingin melanjutkan kuliah di Bali. #‎NUSHOCKtour2013‬ adalah penandanya. Tour Jawa Bali itu sudah selesai, itu artinya Rika (vocal) sudah resmi resign dari Ice Cream Attack! seperti ditulis pada akun resmi facebook mereka pada 24 Juni lalu. Kebetulan saya menonton salah satu rangkaian tur mereka ini di Singaraja. Dan saya masih tidak percaya itu adalah panggung terakhir Rika bersama Ice Cream Attack!

Semoga Ice Cream Attack! (ICA) bisa tetap berkarya tanpa Rika. Pergantian vocalis selalu menjadi situasi yang sangat sulit untuk sebuah band. Seakan-akan, tanpa Rika, band ini bukan ICA. Rika adalah ICA, ICA adalah Rika. Apapun semoga ICA tidak mengakhiri perjalanan mereka.

Kamis, 11 Juli 2013

Kontroversi "Anak Gembala dan Induk Serigala"

Cerpen ini kumcer-dedy.blogspot.com/2007_09_01_arc… diperbincangkan karena dimuat di buku pelajaran kelas 6 SD. Beberapa laman berita menyebutnya cerpen porno. Sebenarnya cerpen @dedyriyadi yang berjudul "Anak Gembala dan Induk Serigala" ini jika dibaca utuh terlalu berlebihan kalau disebut cerpen porno.

Menurut Dedyriyadi (yang mengarang cerpen ini), cerpen ini bercerita tantang kasus faktual yaitu tentang anak-anak korban perkosaan dan ibu yg melacur untuk menafkahi anaknya. Namun nyatanya anggapan yang muncul dari cerpen ini adalah “buku pelajaran Bahasa Indonesia untuk kelas 6 SD di Bogor ternyata mengandung materi pornografi!”

Mungkin jika dilihat dari diksi-diksi yang digunakan masih terlalu vulgar jika diberikan untuk anak SD di negeri ini. Iya negeri ini, saya pikir cerpen ini masih layak dijadikan bahan bacaan untuk anak kelas 6 SD karena banyak pesan yang bisa digali di dalamnya. Seperti misalnya agar para anak-anak ini bisa lebih menjaga diri di zaman yang serba edan ini. Tidak serta merta cerpen ini jelek dan tidak pantas dibaca anak kelas 6 SD. Namun perlu kiranya pendamping oleh guru maupun orang tua dalam membaca cerpen ini.

Apalagi jika anak menanyakan diksi-siksi yang ada pada cerpen ini seperti “lenguh”, “warung remang-remang”, “kegadisannya”, “menistakan”, “celah selangkangan” dan yang lainnya. Secara tidak langsung akan ada penanaman karakter serta pendidikan seks jika cerpen ini bisa ditransfer dengan baik terhadap siswa. Celakanya adalah jika cerpen dibaca anak tanpa pendamping, saya pikir ini bukan satu-satunya bacaan yang perlu pendamping bagi anak. Sastra-sastra terjemahan juga memposisikan orang tua dan guru seperti ini, seperti misalnya cerita-cerita Pippi karya Astrid Lindgren.

Jika masalahnya sekarang cerpen yang dianggap mengandung unsur materi pornografi ini sampai hadir dan masuk pelajaran SD, sepertinya pihak yang terkait tidak membaca isi. Penyusunnya tidak membaca juga?


Selasa, 09 Juli 2013

Membuat Kalimat Pertama

Kalimat pertama dalam setiap tulisan itu penting. Jika bagus, bisa membuat pembaca ingin membaca terus. Sebaliknya, jika jelek dan kebetulan pembacanya tidak sabar, pasti tulisan itu ditinggal.

Membuat bagian awal itu susah-susah gampang. Nah, beberapa hal yang bisa dicoba dalam membuat kalimat pertama:

  1. Tulis saja kalimat awal seadanya. Lalu lanjut ke kalimat selanjutnya. Kalau mentok di kalimat pertama terus, kapan bikin kalimat ke-dua, ke-tiga, ke-empat, dan seterusnya?
  2. Biasanya kalimat bagus datang tiba-tiba. Tangkap dan tulis saat itu juga. Seperti datangnya yang tiba-tiba, hilangnya pun bisa tiba-tiba. Jadi tulis sekarang atau catat di tempat selain ingatan. Jangan pernah percaya pada ingatan.
  3. Mungkin di perjalanan nanti akan bermunculan kalimat-kalimat bagus. Bandingkan saja dengan yang sudah ada. Kalau lebih bagus, ganti. Kalau lebih jelek, simpan. Bisa saja nanti terpakai di tempat yang lain.
  4. Jangan mentok pada kalimat awal berupa deskripsi setting. Memang deskripsi setting itu penting untuk menjerumuskan pembaca di dunia cerita yang kita buat. Tapi jangan tergesa-gesa melakukan itu. Nanti juga bisa. Jadi, kalimat awal tidak harus “Matahari bersinar terang.Mmm… gimana ya, menurut saya, “Matahari bersinar terang,” tidak membuat penasaran.

Minggu, 07 Juli 2013

Saya Belajar



Menulis itu asyik. Dan saya baru menyadarinya. Jika melihat ke belakang saat saya masih SD, saya merasa selalu kekurangan ide saat disuruh untuk menulis oleh guru saya. Ketika SD itu selalu ada pelajaran mengarang dan saya sangat membenci karena saya selalu tidak memiliki hal yang menarik untuk ditulis. Jikapun saya akhirnya bisa menulis dan mengumpulkannya ke guru, itu melalui proses yang sangat lama. Dalam dua jam pelajaran menulis, tulisan yang saya hasilkan biasanya tak sampai penuh satu halaman buku tulis. Lain halnya dengan teman-teman saya yang bisa menulis dua halaman lebih kertas doubel folio dengan rentang waktu yang sama. Saat itulah saya merasa menulis itu tidak mengasyikkan. Ketika itu saya belum begitu menyukai pelajaran bahasa Indonesia. Saya masih tertarik dengan pelajaran Seni, karena hanya disuruh menggambar saja. Meskipun gambar yang saya buat tidak sebagus teman-teman, tapi saya menyukai pelajaran ini. Saya menikmati.
Entah kenapa seiring waktu berjalan saya menyukai pelajaran bahasa Indonesia. Dan kini, ketika tulisan ini diketik saat saya sudah mencapai semester akhir kuliah di jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, saya sudah begitu mencintai pelajaran bahasa Indonesia. Dan menulis bukanlah sebuah hal yang sulit dilakukan, setidaknya sesulit saya menulis ketika SD. Apakah saya berjodoh? Entahlah. Saya adalah para otodidak, dan saya pikr saya bukanlah satu-satunya. Saya sudah menemukan dunia itu dan mencoba mencapainya.
Satu hal yang bisa saya petik dari masa lalu saya dan hingga detik ini yang saya rasakan. Saya ternyata secara tidak sadar sudah berproses. Bukankah belajar seharusnya seperti ini? Ada perkembangan yang bisa kamu rasakan dan akhirnya juga akan terlihat olehmu sendiri dan orang lain. Secara tidak langsung, pola pikir saya sudah terbentuk. Saya menyukai ini. Saya menemukan dunia saya. Sepertinya saya sangat terlambat untuk menyadari perkembangan dalam diri saya. Setidaknya, dengan menulis saya mendapat sebuah pengakuan dari lingkungan saya. Iya, menulis! Pelajaran yang dulu tidak saya sukai. Sama bencinya dengan pelajaran Matematika. Kini saya sangat mencintainya. Menulis bukanlah sebuah kendala bagi saya. Dan saya pun sampai saat ini masih terus belajar dan menantang diri sendiri untuk terus menulis. Apakah kamu pernah mengalami pengalaman seperti ini?

Selasa, 02 Juli 2013

Harusnya Kita Tak Pernah Ada

Kita begitu dekat. Kita juga merasakan rasa yang sama. Kita juga terus bertahan dengan segala kerikil yang menghujam kita. Aku hanya ingin bertahan pada cinta yang memang tidak jelas ujungnya ini. Aku memulai cerita dengan tidak memikirkan akhir jelas. Terpenting aku telah jujur pada perasaanku. Kita memutuskan berjalan bersama walau tanpa saling bergenggaman tangan.

Aku menulis ini ketika aku kembali teringat pada ocehan-ocehan orang tentang hubungan kita. Kamarku tiba-tiba menjadi dingin. Lebih dingin dari biasanya ketika aku mengetik tulisan ini. Aku terasa tertusuk duri, pada hati. Orang-orang itu layaknya Tuhan serba tahu mana yang baik untukmu, untukku, untuk kita. Orang-orang selalu menguapkan alasan tentang berbedaan kita. Perbedaan cara kita saat menyebut nama Tuhan. Perbedaan yang membuat kita tak mungkin bersama. Aku pikir Tuhan tak pernah mempersoalkan ini. Aku pikir Tuhan akan turut bahagia melihat kita.

Ketidakjelasan kita membawa rasa takut. Aku sempat takut, bukan pada Tuhan, namun pada orang-orang yang seakan-akan Tuhan itu. Aku dihantui mimpi. Namun selanjutnya aku meyakinkan diri untuk melanjutkan semua keputusan awalku, mencintai kamu. Mungkin kamu pun sempat berpikir, seharusnya tak mencoba untuk bermain api. Mungkin kamu pun berpikir, seharusnya tak terlalu jatuh sedalam ini. Lalu perasaan kita sama-sama kembali meyakini untuk melanjutkan sampai batas waktu yang belum kita tentukan. Kita memang bersepakat untuk tidak memastikan agar tidak terluka lebih parah lagi.

Kita tak mungkin buta untuk memahami semua. Kita sudah sama-sama tahu, cinta terlarang ini memang tidak bisa dimaafkan. Sayang, ini cinta. Aku tak bisa menjelaskan dengan kata-kata. Cinta tak tahu dia terlarang atau tidak. Cinta tak pernah salah. Aku kembali berpikir, harusnya aku tak menggubrismu ketika kamu datang padaku. Namun aku tak bisa membohongi perasaanku. Cinta tak pernah bohong.


Harusnya kita tak pernah ada agar kita tak pernah terluka.