Coba kita
semua membayangkan saat kita masih kanak-kanak, bermain ayunan bersama
teman-teman kita, makan bekal sarapan, dan masih berumur sekitar 5 tahunan.
Banyak pertanyaan yang tak jarang dilontarkan guru atau ibu-ibu yang juga
mengantar anaknya ke sekolah tentang masa depan. Seperti “Kalau nanti kamu
sudah besar ingin jadi apa ?” Ya, kita bisa dengan mudah menjawab, ingin jadi
presiden, dokter, atau yang lainnya kelak, dengan sangat spesifik dan simpel.
Padahal kita bahkan belum bisa mengeja huruf alfabet secara lengkap.
Sadarkah kita
semua sekarang, bahwa saat kita menanjak dewasa, kita semakin takut akan resiko
dan rasa malu. Berpikir ribuan kali untuk menimbang dan meramal resiko resiko
akan apa saja yang kita rencanakan di masa datang, dan tak jarang malah menjadi
sebuah ketakutan tersendiri yang menghambat kita semua untuk maju. Hal yang
secara alami terbentuk saat kita dewasa, saat kita mengenal pendidikan formal.
Di sekolah anak selalu ditekan agar selalu benar dan jika salah akan dihukum.
Ini yang membuat anak semakin takut untuk berbuat sesuatu.
Itulah yang
sekarang menjadi hambatan kita untuk maju dalam segala hal, dalam konsep
individu maupun kenegaraan. Negara ini sudah dewasa dalam hal memikirkan resiko
dan lainnya, tapi tak dewasa dalam bersikap. Arti dewasa itu sendiri, kita
semua mulai memikirkan hal yang muluk, tapi malas untuk kerja keras. Kita semua
sudah terasuki dendam, iri hati, dan lainnya. Halo itu yang sedikit banyak
menghambat proses Indonesia untuk maju, dari dasar, dari awal, dari
masyarakatnya sendiri.
Indonesia
kita tercinta ini akan menginjak umur 68 tahun kemerdekaannya. Banyak kasus kejahatan
sosial dan hambatan negara kita ini untuk maju. Kita orang-orang yang termasuk
didalamnya, selalu menuntut kesempurnaan instan, menjadikan Indonesia maju di
segala bidang dan lainnya. Tak lupa juga kita sebagai warga negara Indonesia,
tak jarang masih saja gemar memperdebatkan perbedaan tentang suatu kelompok
sosial maupun agama yang sebenarnya tidak ada gunanya untuk kemajuan negara
ini. Kenapa kita tidak terbiasa dengan pro kontra ? Apakah kita kurang dewasa ?
Kita
sekarang, harus menemukan solusi yang sederhana untuk memajukan negara kita
tercinta ini. Sekarang saya ambil contoh gagasan untuk mengubah Indonesia,
yaitu dengan merubah pola pikir kita semua. Kita harus mengubah pandangan bahwa
masa depan Indonesia ini suram, kita harus mengubah ribuan pesimisme menjadi
sebuah optimisme. Kita harus berpikir positif untuk merubah Indonesia ini menjadi
lebih baik, dari awal.
Sekarang,
saatnya kita merubah pola berpikir instan, merubah pikiran dasar kita yang
awalnya bekerja untuk uang, dan mengganti bekerja untuk kemajuan bersama.
Mengubah mimpi-mimpi untuk Indonesia menjadi suatu kerja yang nyata. Berhenti
memperdebatkan hal-hal tidak penting dan menggantikannya dengan sama-sama
berdikusi untuk melahirkan sebuah solusi. Dari awal, dari diri sendiri, dan
menjadi Indonesia seutuhnya.
Kesimpulannya
adalah, sekarang bukan saatnya bermimpi dan membangun sebuah karya di
angan-angan saja. Sekarang adalah saatnya kita semua menembus batas ketakutan,
mendobrak tiang-tiang penghalang untuk berkarya, bagi Indonesia kita semua