Cerpen ini kumcer-dedy.blogspot.com/2007_09_01_arc…
diperbincangkan karena dimuat di buku pelajaran kelas 6 SD. Beberapa laman
berita menyebutnya cerpen porno. Sebenarnya cerpen @dedyriyadi yang berjudul "Anak Gembala dan Induk Serigala" ini jika dibaca utuh terlalu berlebihan kalau disebut cerpen porno.
Menurut Dedyriyadi (yang mengarang cerpen ini),
cerpen ini bercerita tantang kasus faktual yaitu tentang anak-anak
korban perkosaan dan ibu yg melacur untuk menafkahi anaknya. Namun
nyatanya anggapan yang muncul dari cerpen ini adalah “buku pelajaran Bahasa
Indonesia untuk kelas 6 SD di Bogor ternyata mengandung materi pornografi!”
Mungkin jika dilihat dari diksi-diksi yang
digunakan masih terlalu vulgar jika diberikan untuk anak SD di negeri ini. Iya
negeri ini, saya pikir cerpen ini masih layak dijadikan bahan bacaan untuk anak
kelas 6 SD karena banyak pesan yang bisa digali di dalamnya. Seperti misalnya
agar para anak-anak ini bisa lebih menjaga diri di zaman yang serba edan ini. Tidak
serta merta cerpen ini jelek dan tidak pantas dibaca anak kelas 6 SD. Namun perlu
kiranya pendamping oleh guru maupun orang tua dalam membaca cerpen ini.
Apalagi jika anak menanyakan diksi-siksi
yang ada pada cerpen ini seperti “lenguh”, “warung remang-remang”, “kegadisannya”, “menistakan”, “celah
selangkangan” dan yang lainnya. Secara tidak langsung akan ada penanaman
karakter serta pendidikan seks jika cerpen ini bisa ditransfer dengan baik
terhadap siswa. Celakanya adalah jika cerpen dibaca anak tanpa pendamping, saya
pikir ini bukan satu-satunya bacaan yang perlu pendamping bagi anak. Sastra-sastra
terjemahan juga memposisikan orang tua dan guru seperti ini, seperti misalnya
cerita-cerita Pippi karya Astrid Lindgren.
Jika masalahnya sekarang cerpen yang dianggap
mengandung unsur materi pornografi ini sampai hadir dan masuk pelajaran SD,
sepertinya pihak yang terkait tidak membaca isi. Penyusunnya tidak membaca juga?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar