Memaknai
cinta dan kasih sayang tidak dapat menggunakan teropong terbalik. Perspektif
ini menyebabkan penyempitan makna terhadap objek sehingga apa yang seharusnya
luas dan besar terlihat menjadi sempit dan kecil. Ini dilakukan agar kita tidak
memaknai cinta dengan sempit.
Salah
satu contohnya adalah ketika para remaja saat perayaan valentin atau hari kasih
sayang. Sebuah hari ketika Februari, di mana cinta dan kasih sayang seakan
sempit dan dangkal. Cinta yang sejatinya mengandung makna begitu mulia,
dipersempit menjadi sebatas cokelat dan bunga mawar. Cinta yang seharusna
memiliki jutaan warna berubah menjadi warna pink saja.
Cinta
yang seharusnya terjadi dengan ikatan suci berubah menjadi murahan dengan janji
gombal tak berarti. Lebih parah lagi, kasih sayang yang mestinya ada setiap
saat, setiap waktu, dan setiap hari, tiba-tiba jadi raib dan hanya didapatkan
pada 14 Februari saja.
Cinta
dan kasih sayang itu ada ketika seorang nenek menyuapi mantan kekasihnya dengan
penuh kasih sayang setiap hari, karena kondisi pasangannya yang sudah melemah. Walau
sebenarnya sama-sama lemah, tapi mereka melewatinya tetap dengan cinta. Cinta juga
ada ketika seorang ibu di gubug sederhana menyuapi buah hatinya. Sang ibu
sangat mencintai buah hatinya. Kasih sayang ada ketika seorang pembalap dengan
cinta mengelap motor kesayangannya walau kendaraannya tersebut sudah lecet
dimana-mana. Masih banyak lagi kisah cinta dan kasih sayang yang tidak
dilakukan pada 14 Februari, tapi sesungguhnya itulah cinta dan kasih sayang
spenuh hati.
Hari
valentin hanyalah pengingat bahwa kasih sayang sangat penting di dunia. Cinta sangat
perlu dipahami secara luas, tak sempit, bukan sehari. Hari penuh cinta. Kita diingatkan
bahwa setiap hari semestinya penuh kasih. 14 Februari hanyalah penanda.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar