Kantong plastik adalah barang konsumen nomer satu di dunia.
Kantong-kantong kresek tersebut sering dipakai hanya selama beberapa menit tapi
dapat mencemari lingkungan selama lebih dari 1000 tahun. Menurut salah satu
sumber internet yang say abaca, di seluruh dunia, sekitar 2 milyar kantong
plastik dibuang setiap hari dan 26.000 ton sampah plastik masuk lautan tiap harinya.
Permasalahan sampah di Bali ibarat bom waktu. Seperti diberitakan
harian Bali Post, 24 April 2012 yang lali, dari 10 ribu meter kubik sampah per
hari yang diproduksi Bali, lebih dari 50% yang tidak tertangani dan tercecer.
Dari seluruh sampah yang ada, 10 - 12 persen merupakan sampah plastik dan hanya
sebagian kecil yang mampu dikelola dengan baik. Dengan kondisi itu, deklarasi
''Bali Bebas Sampah Plastik 2013'' terancam gagal terealisasi.
Kepala Pusat Penelitian Lingkungan Hidup (PPLH) Universitas Udayana
Dr. Ir. Wayan Arthana, M.S., pernah mengakui banyak kendala untuk mewujudkan
program Bali bebas sampah plastik itu. Permasalahan pertama adalah tingkah laku
masyarakat yang belum sadar bahwa sampah plastik berbahaya bagi lingkungan.
Selain itu membuang sampah sembarangan masih bagian dari tingkah laku
masyarakat yang belum mampu dikendalikan.
Kedua, penggunaan plastik terus diwacanakan untuk dikurangi tetapi
buktinya sampai saat ini faktor-faktor yang mensubstitusi penggunaan sampah
plastik belum banyak terjadi. Bali juga tidak bisa hanya menyatakan bebas
sampah plastik di permukaan saja, sedangkan di dalam tanah masih banyak sampah plastik.
Sesungguhnya tidak ada
sesuatu yang sulit untuk dikerjakan, terpenting ada niat dan kesungguhan dalam
mengerjakannya. Tentunya perlu sedikit kesabaran karena tak ada hal yang
memuaskan terlahir dengan instan. Perlu adanya proses yang panjang. Saya
bersama teman-teman ingin membuktikan mewujudkan program Bali bebas sampah
plastik tidaklah sesulit yang terpikirkan.
Mari memulai dari diri
sendiri, mulai dari lingkungan sekitar. Lakukanlah untuk diri kita, setidaknya
hal ini akan berdampak lingkungan kita. Walaupun nanti tidak banyak orang yang
perduli dan mengikuti gerakan kita. Yang kita lakukan tidaklah sia-sia. Berbekal
tekad itulah, saya bersama dengan teman-teman semester 6 jurusan Pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia, Undiksha mencoba melakukannya. Selasa, 26 Juni
2012 kami melalukan gerakan sekala kecil yang menyasar sampah plastik,
didampingi dua dosen kami, Pak Wayan Artika dan Pak Dewa Budi Utama, yaitu go clean di area eks Pelabuhan Buleleng.
Go clean kami dimulai pukul 17.00
Wita sampai 17.30 Wita dengan berbekal kresek ukuran sedang untuk menampung
sampah-sampah plastik itu. Dalam waktu 30 menit itu, kami mendapatkan kurang
lebih 50 kresek sedang sampah plastik.
Mengapa eks Pelabuhan
Buleleng? Ini hanyalah salah satu contoh tempat terdekat dengan kami yang
hendaknya perlu dijaga kebersihannya bersama-sama. Kebetulan eks Pelabuhan
Buleleng ini dekat dengan lokasi kami.
Saya menyadari,
pekerjaan membersihkan sampah apalagi di area tempat wisata seperti eks
Pelabuhan Buleleng ini sudah dilakukan oleh petugas terkait, tapi belumlah
cukup. Hasil pungutan sampah kami buktinya. Jadi kita tidak harus menggantungkan
kewajiban bersih-bersih ini pada petugas itu saja. Kita pun harus ikut perduli
dan ambil bagian dalam menjaga kebersihan lingkungan dari sampah, terutama
sampah plastik. Mengingat bahaya dan dampak yang akan ditimbulkan bagi bumi
ini.
Bali bebas sampah plastik 2013 jangan dimaknai Bali harus segera
bebas sampah plastik, tetapi bagaimana sampah plastik ini secara bertahap bisa
terkumpul, terpilah, terkelola, dan tersalurkan dengan baik. Ke depan
diharapkan semua masyarakat berkomitmen agar masalah sampah plastik menjadi
masalah bersama. Ini baru komitmen awal menggalang gerakan bersama untuk
memerangi sampah plastik. Mari bergerak, jangan hanya dipakai selogan.