Selasa, 29 November 2011

cerpen: KOTAK WAKTU



Sebenarnya aku tidak pernah menyangka kita akan bertemu lagi. Sudah lama sekali  rasanya, padahal baru lima tahun lalu. Aku ingat betul pertengkaran yang kita sulut yang kian membara menjadi api yang memanaskan benang kita hingga putus. Kamu melempar-lempar batu keras-keras ke arahku. Tapi yang terjadi kemudian diluar kuasa kita. batu yang kamu lempar terbang jauh, mungkin kamu lempar dengan tenaga penuh, hingga menghujam deras kaca rumah tetangga kita. Aku masih ingat bagaimana pucatnya mukamu setelah itu. Dan, kamu langsung kabur, kan?! Ketika itu kita memang sering bertengkar. Tiada hari tanpa perang urat sarap. Selalu adu mulut. Tapi lucunya, tak lebih sejam kemudian kita bermain lagi seakan tak pernah ada ketengan yang memompa hati ini. Benar, kita memang sahabat sejati. Mungkin. Kamu marah, tapi wajahmu lucu. Mukamu merah tapi tak tampak menyeramkan. Kamu marah tapi seperti orang mau nangis.
Eh, masih ingatkan kamu ketika kita dengan lagak ilmuwan merancang sebuah perahu berdinamo kecil. Kita yakin sekali dengan karya kita ini, sampai-sampai kita sesumbar di depan teman-teman kita kalau perahu ini akan mampu menerjang arus kali kecil yang ada di dekat rumah kita itu. Tapi apa yang terjadi setelah dioprasikan? Ha..ha…ha… aku tak tahan untuk tidak tertawa. Aku juga malu karena telah sesumbar di hadapan teman-teman ketika perahu kebanggaan kita dengan polosnya tersapu arus kecil kali. Kebanggaan kita pun hanyut.
Oh iya, masihkah kamu ingat ketika kita menggali lubang yang cukup dalam di belakang rumah kecilmu, lalu kita menaruh sebuah kotak yang kita sebut kotak waktu? Kotak waktu itu sebenarnya hanya berisi barang-barang favorit masing-masing. Aku memasukkan robot Gundam kesayanganku, dan kamu memasukkan………. Aku pikir ini adalah ide terkonyol yang pernah kamu lakukan. Jujur, aku sangat ingin tertawa saat itu, tapi aku masih menjaga perasaanmu. Patung kupu-kupu yang kamu masukkan dalam kotak waktu kita selalu membuatku ketawa geli. Kamu mengatakan bahwa kupu-kupu itu adalah benda yang akan membuat orang ingat untuk selalu berbuat baik untuk dunia ini. panjang lebar kamu menjelaskan  padaku bahwa kupu-kupu itu mewakili perdamaian dan kasih sayang. Cerita versi kamu ini membuatku mengantuk saat mendengarkannya. Mungkin kamu orang yang paling aneh yang pernah aku kenal, setidaknya sampai saat detik itu.
Satu hal yang tercatat rapi dalam memoriku adalah saat kita memasuki gerbang SMU untuk pertama kalinya. Pagi itu cerah sekali. Surya merangkak menyapa seluruh isi bumi tak terkecuali kita berdua. Cerahnya pagi seakan beranalog dengan perasaanku saat itu. Mungkin perasaanmu juga. Karena hari itu hari pertama kita masuk sekolah, tepatnya kita berada di SMU favorit kita. dan ternyata kita tidak hanya berdua menikmati indah pagi ketika itu. Mata kita langsung menghujam tubuh mungil yang berjalan begitu anggunnya. Senyumnya menurutmu melebihi manis kadar manis madu Nirwana.
“Emang kamu pernah mencicipi madu Nirwana?” tanyaku.
Kamu tak menjawab. Kamu seakan terhipnotis (juga) oleh sosok mungil itu.
Sejak saat itu, seakan kita enggan meninggalkan sekolah ini. setelah sekian lama kita melawan perasaan yang berkecambuk di dalam diri sendiri, akhirnya kita memberanikan diri untuk berkenalan langsung dengan sosok mungil itu. Wik adalah nama pemilik tubuh mungil dengan senyum yang manisnya melebihi manis madu Nirwana itu. Wik sangat mudah bergaul. Kami pun langsung cocok. Lebih-lebih aku. Seakan lupa lingkungan jika sudah menikmati senyum madunya. Jika saja boleh aku minta setetes senyumnya, akan ku seduh setiap hari untuk memaniskan hatiku. Otakku semakin melayang ngalor ngidul. Aku pun agak melupakanmu teman.
Inilah salahku. Aku tak pernah berpikir jauh tentang apa kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi ketika aku berbuat sesuatu. Dan satu hal yang tidak aku sadari itu adalah ternyata kamu juga memendam rasa yang sama denganku kepada si mungil Wik. Aku dilema. Aku terlanjur melancarkan serangan demi serangan ke hati Wik, walau pun belum tepat sasaran. Belakangan aku pun segera mengetahui ternyata kamu juga melakukan hal yang sama secara diam-diam. Seakan kita kompak untuk tidak saling berbagi tentang rencana-rencana itu.
Pada suatu waktu yang tepat, Wik mulai mengunciku di dalam hatinya. Dan sekali lagi, aku tak mengatakan apa-apa tentang hal ini kepadamu kawan baikku. Sangat jarang terjadi hal seperti ini, dan kita tidak sekalipun saling curiga. Asyik saja aku dan Wik menikmati hari-hari ini dan besok, pun dengan lusa yang selalu kita rencanakan dengan cukup matang. Tidak terasa sudah seminggu aku dan Wik menghabiskan waktu, sampai-sampai aka tak menyadari jika kamu telah melangkah lebih jauh dariku. Sungguh, betapa terkejutnya hatiku menerima dilema besar ini.
Aku menanyakan padamu mengapa hal ini sampai terjadi. Kamu bisu. Aku menanyakan Wik, mengapa ia melakukan itu dan sedikitpun tak merasa melukai. Ia nyaris tak merasa menyesal. Aku tak mengerti apa tujuan dari drama pilu ini. Aku menanyakan diriku sendiri. Apakah aku telah gegabah? Aku bertanya pada hatiku, apakah engkau menguji persahabat ini? Semua nihil.
Saat aku menyadari kebingunagnku, ketika aku tak menemukan jawaban dari semua pertanyaannku, masalahku bertambah. Entah mengapa tiba-tiba orang tuaku harus pindah ke tempat yang sialnya sangat jauh dari temapt pijakku saat ini. Jerman tujuan mereka. Dan aku dengan sangat terpaksa ikut mereka. Hati yang belum terobati, logika yang terasa terbodohi menjadi bekal keberangkatannku ke negeri itu. Aku belum sempat mengatakan maaf kepada sahabatku itu. Jerman begitu dingin. Aku menggigil dengan hati bekuku. Hantu bersalah yang selalu menghujam.
Aku mengirimkan sepucuk surat elektronik tertuju Indonesia.
Untuk Div, sahabatku.
Maafkan aku dari hatimu. Aku dosa sahabatku. Merobek lukisan yang kita lukis sejak lama. Aku ingin kita selalu ingat dengan kotak waktu itu. Aku harap masih ada. Tolong bawakan aku besok. Ketika kita bertemu lagi.
Aku tidak pernah menginginkan ini. Meminta maaf dengan cara seperti ini, karena hanya alamat ini yang aku tahu. Semenjak aku pergi, kamu seakan menghapusku dalam hidupmu. Sepertinya Div terkejut. Tertegun sejenak dalam suasana lirih itu. Air mata lelaki itu akhirnya terjatuh. Sebuah peristiwa yang akan jarang ditemui di waktu normal. “Kotak waktu” mereka di atas ranjang terakhir sahabatnya itu. Seorang bertubuh hitam kekar menunaikan tugasnya menutup “ranjang” itu dengan tanah-tanah gersang merah yang tertimbun, kini di dekatku.
Good bye my best friend, I really wish we can met again and great thank’s for your kidness. I miss you there…


(cerita ini hanya fiktif, jika ada kesamaan nama, tempat, kejadian, dll, saya mohon maaf)

selamat pagi senyum

aku hanya bisa mematri senyum itu dalam benakku
aku tak bisa mengapresiasinya
senyum itu membuatku tergila
pecah hening, hancur sunyi
hilang sepi, senyum manari

keriuhan tadi malam tak berbekas
lekas hilang tak ada bekas
tak tampak bekas sunyi
sebuah kepuasan, kamu telah berbuat untukku
untuk senangkan hati


2011





Minggu, 27 November 2011

Telepon Alat Komunikasi Terhebat



T
elepon sudah menjadi bagian yang sangat penting dari komunikasi selama lebih dari satu abad. Dan tak dapat dipungkiri telepon sangat dibutuhkan orang-orang pada jaman ini. Dari tua hingga muda sudah mulai memakai telepon dan memilikinya, dan tak jarang ada yang menpunyai lebih dari satu. Telepon sangat membantu manusia di dalam melakukan komunikasi jarank jauh. Bahkan orang desa juga sudah menggunakannya danbukan merupakan barang baru bagi mereka.

Pada mulanya telepon dibuat sangat sederhana. Telepon pertama diciptakan oleh Alexander Graham Bell pada tahun 1876. Bell adalah orang Skotlandia yang mengajar tuna runggu di Amerika Serikat. Tahun 1891 pernah diadakan upacara besar-besaran untuk meresmukan hubungan telepon antara London dan Paris. Sejak itulah peran telepon sangat berguna untuk komunikasi bisnis di dunia.

Sebelum era telepon, alat komunikasi tercepat adalah Telegraf. Telegraf ditemukan oleh Samuel F.B. Morse (1791-1872). Telegraf berasal dari kata Yunani yang artinya menulis jarak jauh. Pada tahun 1864 telegraf digunakan untuk berhubungan dengan tentara yang bertempur di tempat jauh saat perang saudara di Amerika Serikat. Tapi seiring dengan perkembangan jaman telegraf mulai ditinggalkan orang danberalih ke telepon alat komunikasi yang lebih modern dan canggih.

Telepon dari dulu hingga sekarang sudah mengalami perubahan besar-besaran, mulai dari telepon dengan tombol putar hingga Telepon Seluler (Ponsel) yang banyak saat ini. Ponsel sangat menarik minat banyak orang karena fasilias-fasilitas yang ditawarkan. Sekarang ponsel bukan hanya digunakan untuk alat komunikasi tapi bisa untuk mendengarkan musik, alat potret hingga bermain game, dan bahkan ada yang menggunakan sebagai koleksi.

Dalam perkembangannya bentuk ponsel makin beragam dan unik, mulai dari ponsel yang kecil tipis hingga yang besar seukuran batu bata. Karena itulah dewasa ini ponsel merupakan barang “wajib” yang harus dimiliki oleh orang khususnya para remaja. Bagi remaja ponsel merupakan bagian dari style yang harus mereka miliki. Jadi sekarang ponsel bukan semata-mata digunakan untuk alat komunikasi tapi bisa untuk gaya. (2009)

Pagi Pengap

di ujung gang itu, kita pernah menyusuri pagi yang mulai pengap. kata-katamu ku pakai sebagai penerang setapak demi setapak jalan-jalan yang aku injak. matamu menusuk mentari pagi itu. rahim mentari tepat sasaran. kamu pun bergegas dari peraduan detik itu. angin begitu santun menyapa pagi dan kita tentunya.

lampu-lampu tak lagi menyala seperti ketika rembulan menari di atas jendela kamar kita. kulit kita takut terbakar mentari yang sebelumnya menyehatkan. aku berpikir. kutarik lenganmu untuk terus menyusuri lorong sempit dan pagi nan pengap itu.

aku takut mentari pagi menyumbat pembuluh darah remajaku. satu petak hijau, dua petak hijau, semakin banyak petak hijau terbelah. ke lapangan terbuka, hanya aroma asap terendus. dan kau penyebabnya.

longlongan anjing liar. pekakan jangkrik-jangkrik terbakar memenuhi lorong ini. tercium kini aroma anjing bakar, jangkrik bakar, yang semua mulai terbakar. pelan-pelan pagi mulai menerorku. mentari mulai menghujam panas terik yang menghancurkan lengan, kaki, dan tubuh muda ini.

di ujung gang itu, kita pernah menyusuri pagi yang mulai pengap. kita terbakar.




Sabtu, 26 November 2011

Perjaka Senja

begitu senja menutup mata, dan lampu-lampu tak lagi menyala
malam ini ku nyalakan api
nafasmu menguap
aku mengeja atap rumah berdebu

seorang perjaka bertelanjang menunggu perawan
hanya saja, tak satupun perawan tersisa di tanah itu
jendela menatap angkasa kosong. sekosong tatapan perjaka putus asa
jalanan kampung itu masih menyimpan amarah. amarah sang perjaka yang marah karena tak satupun perawan disisakan untuk dirinya

perjaka lirih. di emperan toko perjaka diam menatap jendela kaca
menatap raut muka kusam, kumbal, kucal
dua ekor merpati terbang diantara itu, mengibarkan rambutnya yang gelisah
perjaka mulai rapuh

perjaka tak lagi diam. ia mulai memburu keadilan untuk dirinya sendiri.
ia memerangi birahi-birahi tanah seberang
agar mendapat perawan, katanya.
ilustrasi :)


2011











Kamis, 24 November 2011

Seberkas Redup

seberkas redup
malam ini terasa pagi. mengendap menghujam dingin perlahan
suara dan bunyi datang, memekakkan telinga
hadir bercermin aku dalam telaga keruhmu
hanya imaji. ini masih malam

seberkas redup
kisah. ini kisah. aku tak pernah mengerti
terkencing-kencing aku memikirkan ini
senyum? tak ada lagi senyum!
aku pucat pasi







Rabu, 23 November 2011

Waktunya Kaum Muda Membangun Bangsa


Kaum muda tonggak bangsa. Harusnya seperti itu. Tapi kenyataannya saat ini adalah jamak kaum muda sebagai pengangguran karena sempitnya lahan pekerjaan di bumi pertiwi ini. Banyak alasan menjadi penyebabnya.
Negara ini memiliki jumlah penduduk sangat besar, sepantasnya kita mampu menciptakan dan mengembangkan industri, apapun itu, sehingga negara ini menjadi negara yang diperhitungkan di kancah internasional. Hendaknya kita bisa mulai berpikir bahwa fokus kita tidak hanya pada industri pertanian, peternakan, perikanan, pertambangan dan lainnya, tetapi juga menciptakan industri baru yang bisa memerdayakan kemampuan sumber daya manusia yang kita miliki.
Industi kreatif, sebuah industry yang hadir dari hasil pemanfaatan kreativitas, ketrampilan, serta bakat individu yang dapat digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan bangsa ini (Kompas, 22 Nopember 2011:23). Industri ini sangat berpotensi membuka lapangan kerja baru bagi masyarakat. Hasil industri ini berupa daya kreasi yang dapat dinikmati khalayak ramai, sehingga sangat mungkin diekspor serta mensejahterakan kehidupan rakyat. Dampak lebih besarnya akan dapat meningkatkan perekonomian rakyat.
salah satu subsektor industri kreatif (ilustrasi:)
Terdapat beberapa subsektor industri kreatif, yakni periklanan, arsitektur, pasar barang seni, desain, fesyen, video, film dan fotografi, musik, seni pertunjukan, penerbitan serta percetakan. Sejumlah produk hasil dari industri kreatif ini sudah dikenal masyarakat dan sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari mereka. Tapi mereka kurang menyadari karena industri ini baru mulai merintis karirnya secara makro.
Semoga dengan didirikannya Fakultas Industri Kreatif oleh Universitas Surabaya (Ubaya) pada tahun 2012 menjadi awal berjayanya industri kreatif di Indonesia. Hal ini penting karena industri kreatif dapat menjadi wadah bagi generasi muda dalam mengekspresikan segala kreativitasnya, misalnya pada seni pertunjukkan. Kegiatan seni seperti ini seakan menjadi oase di tengah hiruk pikuk KKN dalam perekrutan pegawai negeri. Sehingga para orang tua tidak lagi berpandangan bahwa anak mereka akan sengsara hidupnya jika menjadi seniman. Semoga misi membangun bangsa yang dibawa oleh industri kreatif mendapat dukungan penuh dari pemerintah. Sehingga tidak ada lagi orang tua melarang anaknya bercita-cita menjadi anak band. Sehingga tidak ada lagi “pasal-pasal” yang menghantui para CPNS, karena mereka “terpaksa” menjadi pegawai negeri karena dibayangi dengan hidup makmurnya para pensiunan pegawai negeri. Setidaknya sekarang sudah ada beberapa pilihan menjanjikan dari industri kreatif ini yang bisa menjangkau semua kalangan, miskin ataupun kaya.

Selasa, 22 November 2011

Skripsi: Pertaruhkan Ide dan Orisinalitas

Ada belbagai macam persepsi yang muncul ketika membicarakan skripsi. Mulai dari gampang, susah, gampang-gampang susah, ribet sampai jawaban yang benar-benar ambigu (tergantung). Bisa dikatakan kata ini merupakan dieksis, tergantung konteks. hehehe...
ilustrasi :)
Pada dasarnya ada tiga elemen penting dalam penyusunan skripsi, yaitu mahasiswa, topik skripsi dan dosen pembimbing (Aris, Kompas: 46). Untuk mahasiswa terdapat aspek semangat dan keuletan. Kadang mahasiswa membutuhkan usaha tersendiri yang bisa didapat melalui usaha sendiri atau bantuan dari luar. Pemilihan topik dan judul skripsi menjadi hal terpenting karena meliputi aspek-aspek seperti keberadaan riset dan keberadaan literatur serta teman diskusi. Faktor yang tak kalah penting dan terkadang juga menentukan adalah dosen pembimbing. Komunikasi memegang peran yang cukup penting juga dalam keberhasilan proses skripsi. Memunculkan pola pikir bahwa dosen pembimbing adalah patner dan kedua belah pihak menyadari itu, maka kelancaran skipsi akan sangat dipengaruhi. jika ada kolaborasi sinergis antara ketiga elemen di atas, skripsi tidak akan menjadi momok.
Lain dari itu, orisinalitas perlu dikembangkan. Mahasiswa adalah orang-orang yang terdidik sehingga keunikan dalam diri itu harus dimunculkan dengan sikap tidak meniru orang lain, apalagi dalam masalah tulisan (Kompas, 22 Nopember 2011: 46). Sebagai kaum muda yang merupakan tombak negara di masa depan harus memberantas plagiarisme.

Senin, 21 November 2011

Teater Membangun Karakter



ilustrasi :)
Sebagian orang beranggapan, ikut teater kampus hanya sebagai penyalur hobi saja. Tanpa mereka sadari jika digeluti dengan sungguh-sungguh kita bisa menjadikannya profesi. Asal bisa menuangkan kreativitas, kemampuan, dan ekspresi dengan tepat teater akan membawa kita ke dunia professional. Ujung-ujungnya teater akan menjadi mata pencarian kita. Jadi jangan takut setelah tamat menjadi pengangguran, karena sebuah keahlian sebenarnya sudah kita miliki. Walau saat ini sastra (termasuk teater di dalamnya) menjadi tawaran pilihan gaya hidup, tapi menurut saya sastra juga menjanjikan masa depan.
Jika sadar, ikut berteater di kampus banyak manfatnya. Selain seperti yang sudah disebutkan di atas, berteater berarti memberikan sebuah filsafat yang dapat memberikan tuntutan dalam menapak kehidupan. Apalagi teater yang berlatar belakang budaya seperti pertunjukan teater klasik di Bali, Drama Gong misalnya yang sarat dengan pesan moral dan ajaran agama. Hal itu berguna bagi penggiat teater juga para penikmat teaternya untuk membangun karakter.

Minggu, 20 November 2011

Dari Jendela Kamarku

GAGAK menghinggapi bayangan sendiri, ia kira itu dahan pohon yang sering ia curi biji buahnya. MAWAR pun hanya menonton. AKU hanya diam. Tapi kita sudah menemukan apa yang jauh dicari dicari perempuan yang naik kereta. DIA hanya lewat. Tidak menodai apapun.


Singaraja, 20 Nopember 2011

Akar Masalah: Tradisi Usang


ilustrasi :)
Peraturan-peraturan yang “aneh” terkait kembar buncing ini memang sudah lama dihapuskan oleh Pemerintah di Bali melalui PERDA NO. 10 TAHUN 1951 sejak tahun 1951, dan tidak lagi tercantum di awig-awig desa adat. Tetapi beberapa daerah masih dipertahankan sampai sekarang. Beberapa contoh masih dipermasalahkannya kembar buncing pasca dihapuskannya peraturan mengenai kembar buncing bisa dilihat dari beberapa kasus ini.
Kasus kembar buncing di Desa Padangbulia, Kecamatan Sukasada, Kabupaten Buleleng, Bali tahun 2004 lalu adalah contoh masih diberlakukannya peraturan “aneh” ini. Ketika itu, Nengah Tarsa (34 th) dengan Ketut Susun (29 TH) beserta bayinya dipindahkan dari rumah asalnya kesebuah rumah darurat diatas tanah Banjar Adat yang terletak 800 meter sebelum kuburan.
Pun dengan sebuah kelahiran bayi kembar di Desa Adat Lawak, Desa Belok-Sidan, Petang setahun sebelum musibah yang menimpa keluarga Nengah Tarsa (Denpost, 25 Maret 2003). Kembar buncing yang berorang tua Made Kandi dan Ketut Jinah harus melakukan pecaruan besar yang sangat berat bagi keluarganya yang notabene hanya seorang petani. Bagaimanapun, sangsi adat untuk membersihkan “leteh” di desanya itu harus dijalankan. Kasus lain menimpa I Wayan Artika penulis Novel Incest yang diadili oleh adat karna tulisannya pada novel yang dianggap menceritakan aib desanya kepada publik. Yang kemudian, penulis harus membayarnya dengan dikeluarkan dari desa tersebut, adalah contoh nyata betapa kembar buncing masih menyimpan “kegelisahan” yang menyelimuti masyarakat Bali.
Ini menandakan masalah kembar buncing masih aktual dalam masyarakat Bali. Masalah ini pun menjadi topik yang diambil oleh banyak pengarang di Bali, sebut saja I Wayan Artika (Incest), Wayan Sunarta (Kembar Buncing) dan Ayu Suartini (Senja Pilu). Dalam penelitian ini peneliti mengambil cerpen. Melakukan analisis karya sastra khususnya cerpen tidaklah mudah, apalagi cerpen-cerpen bertema Bali, karena banyaknya cerpen yang mengambil isu serupa dari belbagai sudut pandang yang dihasilkan oleh sastrawan Bali (yang tinggal di Bali ataupun yang tinggal di luar Bali).
Salah satu cerpen yang mengangkat fenomena ini, seperti sudah disebutkan di atas, adalah cerpen karya Wayan Sunarta. Mengapa Sunarta? Karena cerpen Kembar Buncing karyanya sangat jelas menggambarkan bagaimana “kegelisahan” masyarakat Bali merespon isu Kembar Buncing ini. Lain dari itu, cerpen Kembar Buncing ini pun telah mendapat apresiasi dari harian nasional Kompas. Sehingga dalam hal ini, tepatlah pilihan peneliti.
Masyarakat Bali dewasa ini sangat fenomenal sebagaimana terekspresikan dalam cerpen (Manuaba, 2009). Cerpen yang merupakan bagian dari karya sastra yang banyak sekali mengandung makna-makna kehidupan tergantung tema apa yang diangkat. Ini terekspresi dalam karya pengarang yang hidup dan mengalami dunia sosial Bali; dunia yang mengalami ketegangan sosial dan kultural, baik berupa konflik-konflik yang terbuka maupun yang terpendam. Selain itu, adanya kekurangberdayaan lembaga desa adat (pekraman) dalam mengatasi berbagai konflik internal. Masyarakat Bali yang berpandangan modern tidak lagi menerima begitu saja apa yang dipaksakan desa adat (Ady dalam Manuaba 2009).
Fenomena sosial yang terwacanakan dalam cerpen memperlihatkan tidak adanya perimbangan antara kenyataan masyarakat yang mengalami perubahan sosial dan kultural dengan kemauan dan kemampuan masyarakat untuk meresponnya. Kehidupan manusia harus mampu membangun tradisi yang sesuai dengan taraf kehidupannya, karena tradisi tidak ajeg sepanjang masa. Tradisi yang usang dapat menyengsarakan manusia di tempat tradisi itu ada (Manuaba, 2009).
Dunia sosial menjadi fenomena sosial yang tengah terjadi yang menimbulkan “kegelisahan” di kalangan intelektual muda  Bali. Wijaya (2003) meyakini dunia sosial Bali berada dalam kultur hegemoni adat. Atas keyakinan itu, ia memandang penting menafsir ulang dunia sosial dalam kerangka kepentingan masa kini yang dapat merangsang proses kreatif pengarang Bali menuliskan cerpen.
Kegelisahan inilah yang digambarkan oleh Wayan Sunarta dalam Kembar Buncing.
“Maafkan kelancangan saya, Pak Klian. Saya hanya mohon penjelasan kenapa sanksi adat mengenai bayi kembar buncing belum juga dihapuskan di desa ini, sementara pemerintah telah melarangnya puluhan tahun lalu?” (Kembar Buncing, Wayan Sunarta).
Sistem sosial merupakan perangkat unsur sosial yang saling berkaitan dan berbentuk suatu totalitas serta dipahami sebagai susunan komponen-komponen sosial yang terjalin dengan sangat erat. Menurut Person (dalam Ritzer dan Douglas, 2003) dalam sistem sosial pada cerpen pengarang Bali sering muncul pengelompokan sosial yang didalamnya terdapat himpunan manusia. Dalam cerpen Kembar Buncing muncul kelompok sosial yang tak terdidik yang digambarkan melalui kelompok banjar dan kelompok terdidik seperti tokoh Darsa. Darsa inilah yang dilukiskan sebagai kelompok yang sudah berpikiran modern. Di sanalah muncul penolakan terhadap awig-awig yang merupakan aturan turun temurun dari desa itu.
“Peraturan ini sudah tersurat dalam awig-awig desa jauh sebelum saya atau kamu lahir. Awig-awig ini sudah di-pasupati. Jadi, kita tidak bisa berbuat apa-apa, kecuali mematuhinya.” (Kembar Buncing, Wayan Sunarta)
Sebagai kaum terdidik, tokoh Darsa tidak menyetujui sangsi terhadap kembar buncing ini, inilah akar permasalahannya.
Cerpen adalah karya yang dapat menangkap pengalaman khas proses modernisasi yang berlangsung pada masyarakat dan kebudayaan Bali yang mungkin saja tidak terdapat pada masyarakat etnis lain di Indonesia. Inilah alasan mengapa cerpen yang peneliti gunakan. sebagai subjek penelitian serta teori strukturalisme genetik sebagai objeknya.
Pemahaman karya sastra yang didasarkan pendekatan strukturalisme genetik tidak mungkin dilakukan tanpa pertimbangan faktor-faktor sosial yang melahirkannya sebab faktor-faktor tersebut memberi kepaduan pada struktur karya sastra. Faktor-faktor sosial itu adalah norma-norma atau nilai-nilai yang diambil dari masyarakat yang sudah dibingkai menurut fakta dalam struktur sosial. Oleh karena itu, pendekatan strukturalisme-genetik mengnggap karya sastra sebagai semesta tokoh-tokoh, objek-objek, dan relasi-relasi secara imajiner (Goldmann,1981: 55-74).

Kamis, 17 November 2011

Kasta dan Cinta Ayu Manda


Karya sastra adalah suatu kegiatan kreatif sebuah karya seni. Sastra merupakan segala sesuatu yang ditulis dan tercetak. Selain itu, karya sastra juga merupakan karya imajinatif yang dipandang lebih luas pengertiannya daripada karya fiksi (Wellek dan Warren dalam Anita, 2010). Sebagai hasil imajinatif, sastra berfungsi sebagai hiburan yang menyenangkan, juga guna menambah pengalaman batin bagi para pembacanya.
Karya sastra lahir dari kreasi pengarang untuk mengungkapkan eksistensinya sebagai manusia yang berisi ide, gagasan, dan pesan tertentu yang diilhami oleh imajinasi dan realitas sosial budaya pengarang serta menggunakan media bahasa sebagai penyampaiannya. Kriteria utama yang terdapat pada karya sastra adalah “kebenaran” penggambaran atau apa saja yang ingin digambarkan pengarang ke dalam karyanya. Melalui penggambaran tersebut pembaca dapat menangkap gambaran seorang pengarang mengenai dunia sekitarnya yang sebenarnya merupakan mimesis dalam karya sastra.
Karya sastra membicarakan manusia dengan segala kompleksitas persoalan hidupnya (Oktivita, 2009), maka antara karya sastra dengan manusia berhubungan erat. Tri Sakti (2009) menyatakan bahwa pada dasarnya antara sastra dengan manusia, dalam konteks luas adalah masyarakat terdapat hubungan yang hakiki. Hubungan-hubungan yang dimaksud disebabkan oleh (a) karya sastra oleh pengarang, (b) pengarang itu sendiri adalah anggota masyarakat, (c) pengarang memanfaatkan kekayaan yang ada dalam masyarakat dan, (d) hasil karya itu dapat dimanfaatkan kembali oleh masyarakat.
Sastra sesungguhnya adalah sebuah pencerminan, peniruan (mimesis) dari segi kehidupan yang di dalamnya tersurat dan tersirat sikap, tingkah laku, pemikiran, tanggapan, imajinasi serta spekulasi tentang manusia itu sendiri. Karya sastra sebagai sebuah mimesis dan hasil cipta manusia selain memberikan hiburan juga sarat dengan nilai, baik nilai keindahan maupun nilai-nilai ajaran hidup. Masyarakat dapat mengetahui nilai-nilai hidup, susunan adat istiadat, suatu keyakinan, dan pandangan hidup orang lain atau masyarakat melalui karya sastra.
Sebagai karya yang imajiner, fiksi menawarkan berbagai permasalahan manusia dengan segala persoalannya, hidup dan kehidupannya. Pengarang menghayati belbagai permasalahan tersebut dengan sungguh-sungguh yang kemudian diungkapkan kembali melalui goresan fiksi sesuai dengan pandangannya. Fiksi sendiri merupakan suatu karya sastra yang mengungkap realitas kehidupan sehingga mampu mengembangkan daya imajinasi (Siti, 2009).
Membicarakan sastra yang memiliki sifat imajinatif, kita berhadapan dengan tiga jenis (genre) sastra konvensional, yaitu prosa, puisi, dan drama. Salah satu jenis prosa adalah novel. Novel sebagai cerita tentang suatu pencarian yang tergradasi akan nilai-nilai yang otentik adalah nilai-nilai yang mengorganisasikan dunia novel secara keseluruhan meskipun hanya secara implisit tidak eksplisit (Goldman dalam Anita, 2010). Novel sebagai salah satu produk sastra memegang peranan penting dalam memberikan pandangan untuk menyikapi hidup karena persoalan yang dibicarakan dalam novel adalah persoalan tentang manusia dan kehidupan sosial. Dewasa ini novel (dalam bahasa Italia novella) mengandung pengertian yang sama dengan istilah novelette dalam bahasa Inggris, yang berarti sebuah karya prosa fiksi yang panjangnya cukupan, tidak terlalu  panjang, namun tidak terlalu pendek.
cover novel Ayu Manda
Banyak karya sastra dihasilkan melalui tangan-tangan sastrawan yang berbakat tak terkecuali dari sastrawan Bali. Soaial, adat, kasta, politik, pariwisata adalah beberapa tema yang sering mereka angkat. Sastrawan Bali dinilai getol menulis tema konflik kasta, baik dalam bentuk puisi, cerpen, drama, maupun novel. Konflik kasta telah menjadi tema utama karya sastra penulis Bali sejak zaman kolonial (1920-an) dan muncul berulang sampai sekarang. Nyoman Rasta Sindhu, Putu Wijaya, Gde Aryantha Soethama, dan Oka Rusmini adalah beberapa nama sastrawan yang gemar mengangkat isu kasta dalam karya-karya mereka. Baru-baru ini, muncul sosok baru dengan isu lama tapi ia berhasil meramunya menjadi sajian yang sangat layak disejajarkan dengan karya-karya pendahulunya. Orang itu adalah I Made Iwan Darmawan dengan novelnya yang berjudul Ayu Manda.
Novel Ayu Manda merupakan karya perdana dari I Made Iwan Darmawan yang diterbitkan tahun 2010. Novel ini mengangkat tentang masalah sosial terutama masalah cinta terlarang dalam perbedaan kasta. Pergulatan kasta yang dibalut dalam romantika cinta begitu fasih didongengkan oleh mantan pewarta foto ini.
Novel yang ditulis lelaki yang sempat mengenyam pendidikan di Fakultas Film dan Televisi, Institut Kesenian Jakarta (IKJ) ini menggunakan alur cepat, mengalir tapi tidak mengurangi detail cerita. Kehidupan perempuan menghadapi poligami, pluralisme, pergulatan kasta romantik juga kekerasan dilukiskan begitu indah tanpa melahirkan efek bosan karena isu ini sebenarnya sudah berada dalam tahap kejenuhan. Novel debutan ini pun diakhiri dengan sebuah keadaan yang sangat tidak terduga, yang bisa membuat pembaca menduga duga, apakah akan ada kelanjutannya di novel novel berikutnya. Nilai lebihnya terletak dari narasi yang digunakan tidak saja dari sudut pandang normal, tapi juga dari sudut-sudut ekstrem yang tidak biasa, sehingga akan dengan mudah kemudian pembaca mengetahui arsitektural sebuah puri, atau landcscape sebuah desa, lengkap dengan fungsi masing-masingnya. Hal ini tidak lepas dari pengalaman seorang Iwan Darmawan yang juga seorang fotografer.
Novel Ayu Manda merupakan novel yang menarik untuk diteliti karena novel ini memiliki kelebihan yang terletak pada cara penyajian ceritanya. Lain dari itu, novel debutan ini sangat detail menggambarkan situasi Bali dengan adat, budaya serta konflik-konfliknya. Hingga tidak perlu waktu lama bagi penikmat sastra untuk melirik novel ini, terbukti banyak orang mengaji, menganalisis, bahkan menjadikannya topik skripsi. Jamak novel lain yang mengangkat isu serupa tetapi masih kalah pamor dengan segala “pesona” Ayu Manda.
Dalam novel Ayu Manda ini, sistem kasta (tepatnya pergulatan kasta yang dibalut dalam romantika cinta yang dianggap terlarang) yang tidak dapat diubah serta keyakinan Hindu yang turun-temurun di Bali sangat fasih dituliskan oleh I Made Iwan Darmawan. Novel Ayu Manda yang masih tergolong “bau kencur” tapi sudah banyak “merampok” perhatian penikmat sastra Nusantara membuat novel ini memiliki nilai lebih daripada novel-novel dan karya sastra lain yang mengangkat isu serupa. Apalagi ada endorsement banyak penggiat dan penikmat seni membuat peneliti menjatuhkan pilihan kepada novel yang diterbitkan oleh Gramedia Widiasarana Indonesia (Grasindo) dari Kompas-Gramedia ini.

Rabu, 16 November 2011

Efektif Berbahasa ala Jejaring Sosial


ilustrasi :)
Maraknya dunia maya (online world) saat ini telah memikat minat masyarakat luas. Tidak hanya itu saja, penggunaan bahasa masa kini tidak hanya digunakan dalam kehidupan sehari-hari, namun juga mulai sering digunakan di dalam dunia maya, salah satunya jejaring sosial. Situs jejaring sosial (Social network sites) merupakan sebuah web berbasis pelayanan yang memungkinkan penggunanya untuk membuat profil, melihat list pengguna yang tersedia, serta mengundang atau menerima teman untuk bergabung dalam situs tersebut. Tampilan dasar situs jejaring sosial ini menampilkan halaman profil pengguna, yang di dalamnya terdiri dari identitas diri dan foto pengguna.
Bahasa dalam dunia nyata (offline world) umumnya terdiri dalam 3 bagian yaitu secara tertulis, lisan, dan non-verbal. Bahasa yang digunakan dalam dunia nyata seperti ucapan kita sehari-hari, dalam media cetak, dan simbol/kode yang kita tujukan pada lawan bicara kita. Sedangkan penggunaan bahasa dalam dunia maya seperti penggunaan facebook (jejaring sosial yang lain), blog, website, dsb. Melalui facebook, twitter, friendster, koprol, dan google + misalnya, orang-orang bisa mengutarakan apa yang mereka rasakan dalam bentuk tertulis.
Pengutaraan perasaan ataupun pesan dalam bahasa Indonesia tentunya dalam jejaring sosial disajikan dengan efektif. Contohnya pertama bisa kita lihat pada komentar-komentar yang terdapat di dalam facebook. Dalam komentar-komentar yang diungkapkan tersebut bisa dari beragam bahasa. Setiap bahasa yang mereka gunakan menggambarkan identitas mereka. Namun, pada kenyataannya, bahasa yang mereka gunakan tidak selalu sesuai dengan identitas diri mereka. Pengguna facebook bisa saja menulis kata-kata yang sopan sehingga kita berpikir bahwa orang tersebut adalah orang yang baik dan ramah. Akan tetapi, pada kehidupan sehari-harinya belum tentu orang tersebut adalah orang yang baik. Penciptaan identitas di facebook sangatlah dangkal, terkadang pengguna facebook tidak sungguh menunjukkan identitas mereka.
Sering kali kita melihat ada teman atau saudara kita atau bahkan kita sendiri sering melakukan update status yang tidak jelas bahkan tidak penting, padahal di jejaring sosial terdapat banyak orang yang dapat melihat status tersebut . Reaksi orang yang membaca status tersebut bisa bermacam macam mulai dari cuek, risih, sedih, senang bahkan marah jika status tersebut kurang berkenan dengan si pembaca atau melukai perasaan seseorang. Begitulah kekuatan kata-kata, walau sudah dibuat ringkas (minimal mungkin), tetap menimbulkan efek yang besar (maksimal). Muncullah pepatah baru “statusmu harimaumu” diamini oleh pepatah lama “mulutmu harimaumu”. J
Contoh kedua, kehadiran media sosial minimalis seperti Twitter ternyata mengubah kebiasaan pengguna internet dalam berkomunikasi. Dulu, pada saat baru muncul media blog, komunikasi yang ditampilkan masih beratus-ratus karakter. Twitter lalu datang menuntut kita untuk lebih cerdas dan efisien. Media ini menuntut kita mengungkapkan pikiran, menyampaikan informasi, saling sapa, merayu, dan berhumor ria cukup dengan 140 karakter.
Semakin jauh jaman menapak, semakin jauh perkembangan komunikasi berkembang. Komunikasi yang menjadikan bahasa sebagai salah satu komponennya menuntut sebuah keefektifan dalam menyampaikan pesan dari penutur kepada mitra tutur. Dengan adanya jejaring sosial ini, setidaknya kita (penggunanya) diajarkan bagaimana komunikasi efektif. Walaupun bahasa yang digunakan bukan bahasa yang benar sesuai aturan EYD (Ejaan Yang Disempurnakan). Tidak apa-apa sebenarnya, karena poin dari jejaring sosial adalah komunikasi efektif dan efisien dengan agak mengesampingkan EYD itu. Karena memang tujuannya seperti itu.

Kamis, 03 November 2011

GERAKAN CINTA INDONESIA


Bahasa menunjukkan bangsa. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang kaya. Dr. Mujizah, kepala Bidang Pengkajian Bahasa dan Sastra Pusat Bahasa, Kementerian Pendidikan  Nasional  sempat mengatakan bahwa hingga saat ini sekitar 2.000 kosakata baru telah diserap ke dalam Bahasa Indonesia, baik yang berasal dari bahasa daerah maupun asing. Perkembangan ini diyakini akan selalu terjadi dari waktu ke waktu. Adapun bahasa daerah yang diserap adalah dari seluruh penjuru Tanah Air. Dan, Pusat Bahasa terus mencatat perkembangannya sesuai fungsi lembaga ini, yang antara lain, memberikan dukungan dan semangat kepada masyarakat luas dalam mengapresiasi masalah bahasa dan sastra. Berdasarkan  temuan terbaru itu maka saat ini telah tercatat ada 442 bahasa daerah yang sudah dipetakan. Sedangkan 400 lainnya di Papua, Maluku, Nusa Tenggara Timur belum terpetakan. Sungguh kaya negeri ini sebenarnya. Kita wajib melestarikan kekayaan ini.

ilustrasi :)
Tantangan kehidupan global yang kita hadapi saat ini mengharuskan kita untuk lebih memperkuat jati diri atau identitas dan karakter sebagai statu bangsa. Penguatan jati diri dan karakter bangsa ini menjadi suatu keharusan agar bangsa Indonesia dapat tetap eksis dan mampu menunjukkan jati dirinya sebagai suatu bangsa di tengah-tengah derasnya arus kehidupan dan budaya global itu. Dengan jati diri dan karakter yang kuat, diharapkan bangsa Indonesia tetap mampu bersaing dan sekaligus ikut bermain peran dalam kancah kehidupan global. Bangsa yang berkarakter—dalam hal ini—tidak saja bangsa yang mampu memperlihatkan jati diri dan kepribadian yang kuat, tetapi juga penuh tanggung jawab, jujur, disiplin, berkualitas, dan mempunyai kompetensi yang tinggi.

Terkait dengan hal tersebut, bahasa Indonesia—termasuk sastra di dalamnya—memegang peranan yang amat penting dalam pendidikan karakter bangsa. Hal itu karena dengan mencintai bahasa Indonesia berarti juga mencintai bangsa Indonesia karena bahasa pada hakikatnya juga merupakan simbol identitas bangsa. Karakter yang bertumpu pada kecintaan dan kebanggaan terhadap bahasa dan bangsa seperti itu pada dasarnya juga merupakan refleksi dari kecintaan dan kebanggaan terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan Pancasila, UUD 1945, dan Bhinneka Tunggal Ika sebagai pilarnya. 

Bahasa juga menunjukkan bangsa. Ungkapan itu juga berarti bahwa bahasa menunjukkan jati diri dan karakter bangsa penuturnya. Tutur kata yang lembut dan santun, misalnya, juga dapat dipandang sebagai pencerminan dari karakter pribadi penuturnya yang santun. Untuk itu, pengajaran bahasa juga harus diarahkan pada pendidikan karakter budi pekerti yang luhur, berakhlak mulia, dan sikap yang santun. 

Sebagai sarana komunikasi, bahasa juga mampu membangun keterampilan berkomunikasi, keterampilan menyampaikan pendapat, gagasan, dan pandangan dalam menyikapi suatu persoalan yang dihadapi dalam kehidupan pada era global ini. Keterampilan seperti itu tentu sangat dibutuhkan dalam menghadapi tantangan zaman. 

Selain sebagai sarana komunikasi, bahasa juga merupakan alat berpikir. Oleh karena itu, melalui kemampuan berbahasa, berbagai persoalan yang dihadapi dapat dipahami, disikapi, dan dicerna dengan baik sehingga dapat menambah kematangan berpikir/intelektual seseorang. Dengan demikian, kematangan berpikir dan kemampuan menyikapi setiap masalah dengan kritis merupakan dua hal yang saling melengkapi dalam pembentukan kualitas individu untuk membangun kreativitas dan daya inovasi. Berkenaan dengan itu, kemampuan berkomunikasi yang tinggi dan daya pikir yang kritis dalam menghadapi setiap tantangan pada gilirannya juga dapat melahirkan generasi yang kreatif dan inovatif. 

Bagaimana aplikasinya dalam pendidikan di Indonesia? Adanya peringatan bulan bahasa di sekolah-sekolah ataupun di perguruan tinggi adalah jawabannya. Tidak hanya keberadaannya saja, tapi bagaimana apresiasinya dalam setiap hajatan. Itu yang penting. Pun dengan Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Undiksha yang secara rutin menyelenggarakan Bulan Bahasa tiap tahunnya. Hajatan-hajatan yang lalu mencerminkan seberapa tinggi perhatian dunia pendidikan (baca: Undiksha), terhadap upaya pengelolaan masalah kebahasaan di Indonesia. Walaupun belum maksimal, pengutamaan bahasa Indonesia sebagai identitas nasional tampaknya telah menjadi kepentingan bersama. Dengan penyelenggaraan Bulan Bahasa dan Sastra setiap tahun, Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Undiksha berupaya membina dan mengembangkan Bahasa dan Sastra Indonesia, juga bertekad memelihara semangat dan peran serta seluruh warga kampus dalam menangani masalah bahasa dan sastra. Hal ini tercermin dari kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan pada saat itu. Pencerahan bahasa ke SMP/SMA, lomba majalah kampus antar jurusan, lomba majalah dinding antar kelas, Lomba Cerdas Cermat Bahasa Indonesia SMA/SMK/MA se-Bali, adalah beberapa aplikasi penumbuhan rasa cinta terhadap bahasa dan sastra Indonesia yang coba ditumbuhkan lewat hajatan bulan bahasa ini. Teruskan.