Eksplorasi
geothermal akan sangat merugikan Bali, masyarakat dan alamnya. Hendaknya hal
ini perlu dikaji lebih dalam lagi. Jika proyek ini benar-benar terealisasikan,
apa dampak nyatanya untuk Bali? Apakah begitu mendesakknya proyek ini
dilaksanakan hingga Pak Menteri begitu memaksakan kehendak? Jangan-jangan ada
udang di balik batu? Madu yang dimiliki Bali sangat terbatas. Jangan sampai
madu ini dihisap habis oleh para “pendatang”, sedangkan krama Bali sendiri melarat.
Untuk
mengatasi hal ini, hendaknya krama
Bali lebih cermat. Jangan tergiur oleh janji-janji yang selamanya memang
menjadi janji. Mari jaga Bali, jangan membuat Bali tercinta ini leteh hanya karena tergoda oleh beberapa
lembar rupiah. Katanya proyek ini akan menyerap banyak tenaga kerja, tapi mari
kita pikirkan posisi apa saja yang bisa ditempati krama Bali di proyek itu. Jangan
sampai Bali kita ini bernasib seperti Papua dengan Freeportnya.
Kebutuhan
akan energi listrik di Bali saat ini memang besar. Tapi pemaksaan pelaksanaan
proyek geothermal ini sangat tidak relevan untuk Bali saat ini. Ingatlah bahwa
eksploitasi alam di negeri ini sudah sangat berlebihan, tak terkecuali Bali
hingga alam merongrong dan menangis. Hingga datanglah bencana silih berganti
tak henti-henti. Apakah kita akan akan menambah derita alam lagi? Itu sama
dengan membunuh diri sendiri. Saran saya mengenai masalah penambahan sumber
energi ini adalah mencari alternatif lain yang lebih ramah lingkungan. Masih
banyak sumber energi yang lebih ramah lingkungan, seperti pemaksimalan air
terjun sebagai pembangkit listrik atau kincir-kincir layaknya di negeri
Belanda, pun dengan pemanfaatan energi matahari. Mari sama-sama menjaga
kelestarian alam. Jangan berpikiran sempit seperti ini. Pak Menteri yang putra
Bali (yang harusnya lebih mengerti tentang Bali) hendaknya ikut menjaga Bali.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar